Page 49 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 49

”Dan mereka membuat lebih banyak anak di atas Aurora, semoga di
              Eropa ada banyak keranjang dan pintu rumah,” kata si gadis.
                 ”Ketika tahu hal itu, nenekmu menjadi histeris seperti orang gila.
              Ia lari dari rumah dan tak terkejar bahkan oleh kuda dan mobil sampai
              kami menemukannya di puncak bukit cadas. Ia tak pernah turun, tapi
              terbang dari sana.”
                 ”Oma Marietje terbang?” tanya Dewi Ayu.
                 ”Bukan, Ma Iyang.”
                 Gundik itu, neneknya yang lain. Kata kakeknya, jika ia duduk
              di beranda belakang dan memandang ke utara, ia akan melihat dua
              bukit cadas kecil. Bukit yang di sebelah barat adalah tempat Ma Iyang
              terbang dan lenyap di langit, dan orang-orang di kampung-kampung
              se kitar kemudian menyebut bukit itu seperti namanya: Ma Iyang. Itu
              me ngagumkan, sekaligus menyedihkan. Dewi Ayu sering duduk sendiri-
              an di sore hari dan memandang bukit itu, berharap melihatnya masih
              melayang-layang seperti seekor capung. Hanya perang yang kemudian
              mengalihkan perhatiannya, dan Dewi Ayu mulai lebih sering duduk
              di depan radio mendengar laporan-laporan dari garis depan daripada
              menghabiskan waktu me mandangi bukit tersebut.
                 Meskipun masih jauh, namun akhirnya pengaruh perang mu lai te-
              rasa sampai Halimunda. Bersama beberapa orang Belanda lainnya, Ted
              Stammler memiliki perkebunan cokelat dan kelapa, yang terbesar di
              wilayah tersebut. Perdagangan dunia yang porak-poranda karena perang
              membuat bisnis mereka seperti tanpa harapan, dan itu berakibat pada
              penghasilan mereka. Penghematan-penghematan yang ketat mulai
              di berlakukan di keluarga tersebut. Marietje hanya belanja kebutuhan
              dapur dari penjual-penjual kelontong yang berkeliling dari rumah ke
              rumah. Hanneke menghentikan kebiasaannya pergi ke bioskop dan
              membeli piringan hitam. Bahkan Mr. Willie, lelaki indo yang bekerja
              untuk mereka di perkebunan sebagai penjaga dan sebagai pengurus
              ken daraan, harus mengurangi jatah peluru bagi senapannya serta bahan
              bakar bagi mobil Collibri. Sementara Dewi Ayu harus mengungsi ke
              asrama sekolah.
                 Para biarawati Fransiscan mencoba membantu mereka di masa pe-
              rang dengan cara itu. Mereka membuka pintu asrama lebar-lebar tanpa

                                           42





        Cantik.indd   42                                                   1/19/12   2:33 PM
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54