Page 68 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 68

sendiri, yang tak seorang pun mengenalinya. Hanya sebagian kecil di
                 antara mereka bisa berbahasa Melayu atau Belanda, atau bahasa Inggris.
                 Sisanya hanya mempergunakan segumpal bunyi yang membuat bingung
                 para tahanan tersebut.
                    Mereka mulai dijejalkan ke dalam kapal feri, dan itu jauh lebih me-
                 nakutkan sebab taruhannya adalah tenggelam. Nasihat perempuan tua
                 itu ada benarnya, buaya bisa muncul kapan saja dan semua orang tam-
                 paknya tak mungkin berenang lebih cepat dari binatang itu. Kapalnya
                 bergerak sangat lambat, mengambil arah memutar untuk tidak ter lalu
                 melawan arus. Bising dengan cerobong asap di penuhi jelaga hi tam
                 dan gumpalan gelap yang terbang memanjang. Beberapa ekor ba ngau
                 terbang merasa terganggu, meskipun kemudian hinggap lagi di air yang
                 dangkal: pemandangan itu jadi terasa tak indah ketika akhirnya mereka
                 menemukan bangunan tua di balik semak-semak, tampaknya telah
                 di kosongkan untuk para tahanan perang. Itu penjara Bloedenkamp,
                 artinya penjara darah, bahkan para kriminal menakutinya. Sekali kau
                 berada di sana, kecil kemungkinan untuk melarikan diri kecuali mampu
                 berenang lebih dari satu ki lometer melewati lebar sungai dan selamat
                 dari kejaran buaya.
                    Tentara-tentara Jepang itu kembali berteriak-teriak dalam bahasa
                 yang tak dimengerti begitu kapal berlabuh, namun perempuan-perem-
                 puan itu berlompatan sesegera mungkin seolah mereka tahu orang-orang
                 itu menuntut gerak yang cepat. Anak-anak mulai me nangis, bebe rapa
                 kekacauan terjadi, sebuah kopor terlempar ke air membuat pemiliknya
                 basah kuyup mengejar, dan sebuah matras jatuh ke lumpur. Ada seorang
                 ibu kehilangan anaknya, dan me ne mu kannya terluka terinjak-injak.
                 Me reka berjalan kaki sejauh seratus meter ke arah gedung penjara, de-
                 ngan gerbang besi sebanyak tiga lapis dijaga beberapa prajurit. Sebelum
                 masuk, mereka berbaris menghadapi meja dengan dua orang Jepang
                 menggenggam daftar. Di samping mereka tergeletak sebuah keranjang
                 untuk semua jenis uang, perhiasan dan apa pun yang berharga. Belum ada
                 penggeledahan, tapi beberapa perempuan telah melemparkan barang-
                 barang ber harganya ke sana.
                    ”Lakukan sebelum kami menggeledah,” kata salah satu prajurit da-
                 lam bahasa Melayu yang baik.

                                              61





        Cantik.indd   61                                                   1/19/12   2:33 PM
   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73