Page 71 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 71
mereka pilot-pilot Amerika melemparkan bom ke barak-barak tentara
Jepang sambil bercinta. Dewi Ayu yang terbiasa bangun pagi sekali
un tuk buang air segera bergegas ke toilet, namun antrian panjang
telah menunggu. Cara terbaik adalah mengambil air dengan kaleng
margarin Blue Band-nya, dan pergi ke halaman belakang sel. Di sana,
di antara pohon ketela yang entah ditanam siapa, ia menggali tanah
seperti seekor kucing, dan berak di lubangnya. Setelah cebok dengan
menyisakan sedikit air, ia mengorek tainya untuk menemukan keenam
cincinnya. Beberapa perempuan lain melihat cara beraknya yang buruk,
dan menirunya dalam jarak yang cukup berjauhan: mereka tak tahu ia
punya harta karun. Cincin-cincin tersebut ia cuci dengan sisa air, dan
menelannya kembali. Ia tak tahu apa yang akan terjadi setelah perang.
Mungkin ia akan kehilangan rumah dan kepemilikan atas sebagian
perkebunan, tapi ia berjanji tak akan kehilangan cincin-cincinnya. Ia
kembali ke aula tanpa tahu apakah hari itu ia bisa mandi atau tidak.
Pagi itu, para pendatang baru harus berdiri di lapangan, di pang gang
sinar matahari, menunggu komandan kamp. Anak-anak menangis,
orang-orang nyaris pingsan, sebab tak seorang pun di per kenankan du-
duk. Sang Komandan bersama stafnya kemudian muncul, ia seorang
lelaki dengan kumis lebat dan samurai terayun-ayun di pinggangnya.
Sepatu boot-nya mengilau di bawah cahaya matahari. Melalui seorang
penerjemah, ia mengajari para tahanan seni peng hormatan dengan cara
membungkuk dalam-dalam sampai melewati pinggang. Ia menjelas kan,
mereka harus membungkuk seperti itu kepada semua prajurit Jepang
secepat perintah diucapkan, Keirei!, dan baru boleh berdiri tegak kem-
bali jika telah terdengar perintah Naore! ”Itu penghormatan pada
Ke kai saran Jepang,” katanya men jelaskan, melalui sang penerjemah.
Orang-orang yang tak mematuhi itu akan memperoleh hukuman yang
pan tas: dijemur jika tidak di cambuk dan memperoleh kerja tambahan.
Beberapa mungkin ter bunuh dengan cara seperti itu.
Di dalam ruangan, beberapa perempuan segera mengajari anak-
anak mereka perintah itu, didorong kekhawatiran mereka melakukan
kesalah an yang tak perlu. Dalam beberapa saat, terdengar teriakan-
teriak an keirei dan naore dari mulut-mulut mereka, membuat Dewi Ayu
dan beberapa gadis tertawa terpingkal-pingkal.
64
Cantik.indd 64 1/19/12 2:33 PM