Page 11 - E-Modul Pembelajaran IPA SD_Neat
P. 11
serta permasalahan yang dihadapi pada zaman modern ini yang
sangat bergantung pada teknologi (Pramuda et al., 2019).
IPA dapat dibagi menjadi empat, yakni IPA sebagai produk, IPA
sebagai proses, IPA sebagai sikap, dan IPA sebagai teknologi.
Pertama IPA sebagai produk terdiri atas fakta, konsep, prinsip, hukum,
dan teori. IPA sebagai produk kemudian juga dibagi lagi menjadi tiga,
yakni sebagai berikut.
1) Ilmu biologi (life science), yang mempelajari mengenai kehidupan
makhluk hidup, terdiri atas anatomi, fisiologi, zoologi, citologi,
embriologi, mikrobiologi.
2) Ilmu fisik (physical sciences), yang mempelajari mengenai
astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika.
3) Ilmu bumi, mempelajari mengenai benda-benda langit dan bumi.
Dengan mempelajari ketiganya, yakni ilmu biologi, ilmu fisik, dan ilmu
bumi, manusia dapat melestarikan, melindungi dan mempergunakan
secara bijaksana yang berkaitan dengan lingkungan sekitar
(Kristyowati & Purwanto, 2019).
Literasi IPA sebagai proses dalam membangun pengetahuan
IPA dapat digambarkan menjadi dua (Akpan dan Kennedy, 2012).
Pertama adalah sebagai ‘fragmentalisme akumulatif’, yang
memandang IPA sebagai analog yang berupaya dalam
menyelesaikan teta-teki yang luas. Kedua sebagai ‘alternatifisme
konstruktif’, dimana perspektif ini merupakan perspektif yang
konstruktif. Memahami konstruksinya sebagai cara untuk
mengubahnya. Tidak mempunyai batasan untuk alternatif yang
digunakan, hanya imajinasi yang menentukan batasannya. Beberapa
konstruksi digunakan lebih baik dari pada lainnya, tugas IPA ialah
menghasilkan yang lebih baik dan lebih baik lagi. Selain itu, ada
beberapa kriteria praktis untuk memilih yang lebih baik, sehingga juga
dapat dilakukan rekonstruksi.
Selanjutnya, IPA sebagai proses pada pengartiannya tidak
dipandang dengan kata benda, atau kumpulan beberapa pengetahuan
atau fakta untuk dihafalkan, namun sebagai kata kerja untuk
mendapatkan sesuatu. Contohnya adalah seseorang mempelajari
tentang air tidak hanya mengingatnya saja, tetapi mempelajarinya
melalui pengamatan dan percobaan, pengumpulan data seperti
pengukuran dan menghitung jumlah air yang digunakan setiap hari,
setiap minggu, atau bahkan setiap tahunnya. Tidak hanya itu,
mendiskusikan hal tersebut dengan seorang yang lebih ahli atau rekan
sejwat juga dapat dilakukan, sehingga pengetahuan baru diperoleh
dari proses, bukan menghafalkan yang belum tentu dapat diingat
seterusnya (Kristyowati & Purwanto, 2019).
8