Page 23 - E-Modul Pembelajaran IPA SD_Neat
P. 23
memulai pembelajaran sains dari yang diketahui menuju situasi yang
tidak diketahui, melalui kebutuhan belajar kolaboratif yang dirasakan
siswa.
Tahap kedua adalah dorongan oleh rasa ingin tahu yang
memberikan pijakan awal isu sosial dalam skenario. Selanjutnya,
pembelajaran dekontekstualisasi berfokus pada ide-ide ilmiah,
memecahkan masalah ilmiah berbasis inkuiri dan mencari dan
mengevaluasi informasi ilmiah yang relevan. Dalam mode
dekontekstualisasi ini pembelajaran tidak lagi menggunakan
pembelajaran berbasis konteks, tetapi melibatkan pendidikan IPA
berbasis inkuiri.
Tahap ketiga, pemantapan pembelajaran saintifik melalui
transferensi kerangka kontekstual dan pengambilan keputusan sosio-
ilmiah. Fase ini adalah fase rekontekstualisasi, yang sangat didorong
oleh sudut pandang konstruktivis sosial. Pada tahap ini, siswa
didorong untuk merasakan diri mereka sendiri sebagai anggota
lingkungan sosial, berinteraksi dengan pemangku kepentingan
(misalnya, seperti dalam bermain peran, atau berdebat) dan membuat
keputusan yang mempertimbangkan nilai (etika, aspek moral, sosial,
lingkungan, ekonomi).
Culturally Relevant Pedagogy
Culturally Relevant Pedagogy (CRP) pertama kali
diperkenalkan oleh Ladson-Billings (2006). CRP adalah gaya
mengajar, yang mana guru sengaja menggunakan konten akademik
dan proses pembelajaran untuk menegaskan keragaman dan
memberdayakan siswa untuk melawan status sosial (Mensah &
Underwood, 2018). Borrero menjelaskan, CRP adalah model teori
yang tidak hanya membahas prestasi siswa tetapi juga membantu
siswa untuk menerima dan menegaskan identitas budaya mereka
sambil mengembangkan perspektif kritis yang menentang
ketidaksetaraan (Borrero et al., 2018). CRP adalah pendekatan yang
memberdayakan siswa secara intelektual, sosial, emosional, dan
politik menggunakan referensi budaya untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Howard & Rodriguez-minkoff,
2017). CRP merupakan strategi pembelajaran tingkat tinggi, yang
mana pendidik mengajak siswa untuk mengevaluasi pengetahuan
baru dengan menciptakan solusi untuk masalah sosial dengan cara
unik, yang dapat memotivasi siswa dari kelompok dominan dan
nondominan menuju prestasi akademik tertinggi.
Untuk melaksanakan CRP, perlu diketahui bahwa terdapat tiga
prinsip utama, yaitu (Mensah & Underwood, 2018;Howard &
Rodriguez-minkoff, 2017).
a) Keberhasilan Akademis
Dalam CRP, keberhasilan akademis menjadi fokus utama untuk
mencapainya. Guru bisa menerapkan pembelajaran berpikir kritis
dan meningkatkan prestasi siswa di semua mata pelajaran. Upaya
20