Page 296 - Modul Ajar Fix per jenjang_2024/2025
P. 296
seperti melakukan ice breaking. Ice breaking dapat menciptakan suasana
menyenangkan sehingga proses pembelajaran yang berlangsung tidak membosankan.
Salah satu ice breaking yang dapat diterapkan Bapak/Ibu Guru adalah sambung kata.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan ice breaking sambung kata sebagai berikut.
1) Peserta didik diminta membuat lingkaran besar di dalam kelas. Jika tidak
memungkinkan, peserta didik tetap berada di tempat duduknya.
2) Bapak/Ibu Guru menyebutkan salah satu kata kunci tentang perubahan sosial.
Misalnya, perubahan, revolusi, modernisasi, atau adaptasi.
3) Bapak/Ibu Guru menunjuk salah satu peserta didik untuk melanjutkan kata yang
telah diucapkan. Setiap peserta didik tidak boleh menjawab lebih dari tujuh detik.
4) Peserta didik pertama kemudian menunjuk peserta didik lainnya untuk melanjutkan
kata yang diucapkan. Peserta didik yang melanjutkan kata harus memperhatikan
keterhubungan dari kata sebelumnya.
5) Kegiatan poin 4 terus diulangi hingga semua peserta didik mendapat giliran.
Peserta didik terakhir harus menyebutkan susunan kata dari awal hingga akhir.
6) Permainan ice breaking dapat berakhir sesuai keputusan Bapak/Ibu Guru dan
kesepakatan dengan peserta didik.
b. Kegiatan Inti
Peran Guru
Bapak/Ibu Guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator peserta didik dalam
pembelajaran materi teori dan bentuk perubahan sosial. Bapak/Ibu Guru disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran student center. Dalam kegiatan pembelajaran ini
peserta didik diarahkan lebih banyak mengeksplorasi fenomena perubahan sosial secara
berkelompok.
Pemahaman mengenai bentuk-bentuk perubahan sosial dapat dilakukan dengan
meminta peserta didik mengerjakan Latihan 1.2 pada Buku Siswa. Bapak/Ibu Guru
perlu membimbing dan mengarahkan peserta didik agar tidak keliru dalam mencari
contoh selama proses penyelidikan. Misalnya, melakukan tanya jawab dengan tiap-tiap
kelompok, mengamati proses diskusi, dan memberikan umpan balik (feed back) atas
hasil kerja peserta didik.
Sikap kritis peserta didik juga dapat dikembangkan melalui aktivitas Latihan 1.3
pada Buku Siswa. Dalam latihan tersebut, peserta didik diarahkan mengkaji sebuah
kasus untuk dijadikan bahan debat secara berkelompok. Bapak/Ibu Guru dapat membagi
peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil. Bapak/Ibu Guru disarankan berperan
sebagai moderator yang mengarahkan jalannya debat. Pada prinsipnya debat tidak
bertujuan untuk menyalahkan salah satu pihak. Akan tetapi, debat menguji daya nalar
dan kemampuan berargumen peserta didik menggunakan data-data yang sahih, bukan
sekadar pendapat pribadi. Sebelum debat berlangsung, Bapak/Ibu Guru perlu
mendampingi tiap-tiap kelompok untuk mencermati infografik, artikel jurnal yang
tersedia, dan mencatat informasi pendukung yang penting.
Pengaturan kelompok debat disarankan menggunakan metode turnamen sehingga satu
kelompok terdiri atas maksimal lima peserta didik. Setiap kelompok yang lebih unggul
diberikan kesempatan untuk melakukan debat kembali hingga diperoleh satu kelompok
yang lebih unggul. Adapun contoh pengaturan debat sebagai berikut.