Page 205 - 9 dari Nadira
P. 205

/j)ebiloh Pisou





                      "He?"
                      "lya. Kan MasKrisseringmembuat sketsa badan saya ...
                Tolong buat sketsa kepalan ini, kepalan yang sudah meninju

                wajah Bapak X."
                      Aku masih  belum tahu apa yang ada  i   dalam tubuh
                                                                     d
                dan kepala Nadira. Tetapi tanganku, seperti ada nyawanya

                sendiri, sudah menyambar sehelai kertas dan pensil. Nadir a
                menyeringai  dan  menyodorkan  kepalan  tangan  kanan
                                                                                      i
                seperti seorang anak kecil yang menyuruh kita menebak  si
                tangannya.  Kepalan  tangan  Nadira  berwarna  kemerahan
                dan  kulitnya nampak terkelupas. Sesekali  aku meluruskan
                posisi  tangan  Nadira  agar  aku  bisa membuat  sketsa  itu

                dengan baik. Kulit Nadira selicin batu pualam. Pantas saja
                Tara tidak  pernah  bisa menghalangi  dirinya  untuk tidak
                tertarik  pada  perempuan  aneh  ini.  Sesekali  Nadira  tak
                tahan, dia menggaruk pipinya yang basah oleh keringat; lalu

                menyodorkan tangannya.
                      "Lantai  tujuh  heboh  ya?�  tanyaku  sambil  mencorat­

                coret di atas kertas.
                      "Mungkin  .. ." Nadira menjawab dengan nada tak peduli.
                      Sketsa itu selesai.





















                      Nadira menatap sketsa itu dengan intens. Perlahan se­

                nyumnya mengembang. Tiba-1iba dia berdiri dan menarik
                lenganku.


                                                   198
   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210