Page 83 - 9 dari Nadira
P. 83

beilo �- Chudori





                            N
                       "Yu  i n  ... "
                                     G
                       "Hei, Dira?  i l a  ...•  jam berapa ini?"
                       Nadira m e lirik kejam dindingnya. Jam setengah tiga pagi.
                       ..  ,  n  eed you .. .  #

                       "Of course  .  Kalau tidalk kau tak akan  segila ini. Ada
                                    ..
                 apa?"
                       Nadira terdiam.  D     i a   tak bisa langsung  menjawab  apa
                 yang ingin  diutarakannya.  Kelihatannya begitu sepele,  be­
                  gitu  remeh-temeh,  hingga  ingin  rasanya  ia  meletakkan

                  gagang  telepon  itu.  Namun  suara Yu  Nina yang biasanya
                  mantap  dan  sedikit  tergesa-gesa  karena  kesibukannya,
                 kini terdengar lebih sabar.  Mungkin karena dia menyadari

                 urgensinya  telepon  adik  bungsunya  itu.  Nadira  memang
                 tak terlalu sering menelepon  kakak sulungnya yang tengah
                 bergulat  menyelesaikan  disertasi  doktornya  d i   Amerika.

                 Selain  ongkos telepon  terlalu  mahal,  dia tak suka dengan
                 ketergesaan  kakaknya  yang  s e lalu  sibuk  untuk  mengem­
                 balikan buku  ke perpustakaan  atau  harus bertemu  dengan

                 salah satu pembimbingnya.
                       "Kenapa,    D  i r a? Ayah?"
                       "Dia tidak makan makan, sudah seharian ini. .. ," akhir­

                 nya meluncur juga kata-kata itu.
                       "God ,  that man  ... Sudah  berapa lama?"
                       "Kemarin  sih  makan,  meski  cuma  gado-gado  dari

                 kantin. Padahal Yu Nah sudah membuatkan urap kesukaan­
                                                  d
                 nya. Empat hari yang lalu,  i a j u g a   menolak makan lalu me­
                 nyuruh  saya  membelikan  soto  ayam  dari  kantin.  Yu  Nah
                 sudah  mulai  tersinggung,  merasa  masakannya  nggak  di­

                 hargai."
                       "Jadi  i n i   mengadu soal Yu Nah atau Ayah?"

                       Nadira  bisa  mendengar,  suara Yu  Nina sudah  mulai
                 jengkel dan tak sabar.
                       "Ya, dua-duanya. Tapi Ayah menderita sekali, Yu. Lagi-


                                                    1 a
   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88