Page 84 - 9 dari Nadira
P. 84

Jvlelukis. bangit





                pula, dia terserang insomnia akhir-akhir ini. Setiap malam
                aku dengar kletak-kletuk bakiaknya di dapur."
                      "I nsomnianya kan rudah lama, sejak dia jadi wartawan .. ."

                      "Ya, tapi makannya? Kan Ayah biasa jagoan makan?"
                      "Ya,  itu  manja s a ja,  Nad.  Nanti  juga dia makan  kalau

                lapar .. "
                        .
                      Nadiramenggigit bibir. "Dia ... dia hanyarukamenonton
                televisi, Yu. Tepatnya nonton video.  i a   nonton video All the
                                                            D
                P r e si d e n t ' s   M  e n   berulang-ulang  cuma  untuk  mengingat

                masa lalunya sebagai wartawan."
                      "Ya,  bagus  dong.  Daripada  seperti  Oom  Arbi  yang

                menghabiskan waktunya minum di bar?"
                      "Qom Arbi  kan memang suka alkohol. Ayah tidak suka.
                Aku  yakin,  dia  jadi  bartender  zaman  mahasiswa  cuma
                untuk cuci  mata ... ."   Nadira  mencoba  bergurau.  Tetapi  dia

                tak mendengar sambutan apapun dari Nina. Kakaknyatidak
                menanggapi humor Nadira.
                      "Lagi  pula,  sumber  frustra s i  mereka  berbeda.  Oom


                Arbi kan di-PH K, kalau Ayah ...  ."
                      "Nah  ...  Ayah  kenapa?  D    i a   yang  keras  kepala!  Coba

                tawaran mutasi Pak Riswanto diterima .. ."
                      "Gimana  sih  kau,  Yu?  Ayah  itu  lulusan  Gemeente
                Universiteit,  dia sarjana politik. Semua  itu  dia raih dengan
                beasiswa  sambil  kerja.  Gila,  kan? Anak dusun,  keturunan

                           N
                keluarga  U   kerja sebagai bartender? Selamajadi wartawan
                dia  u d  ah meliput berbagai sidang internasional seperti I  G         I
                    s
                                                                                    G
                dan OPEC. Sudah pernah mewawancarai tokoh-tokoh besar
                seperti ... ."
                      "Oi,oi, kok kamujadi ketul.aran Ayah, memutar rekaman
                lama.  Aku  kan sudah  mendengar biografi Ayah  se j ak kamu

                masih bayi. Tapi dengan segala latar belakang intelektual itu,
                apa salahnya diajadi Kepala D ivisi I klan? Merasa terhina?"
                      Nadira tak tahan. Dadanya terbakar hingga dia merasa


                                                    76
   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89