Page 90 - 9 dari Nadira
P. 90
Jv1elukis. bangit
wajah sang wartawan dengan curiga. Tapi wartawan itu
tenang-tenang saja sambil menghembuskan asap rokoknya.
Mengisap, menghembus. Merngisap, menghembus. Ketika
taksi berhenti di muka kantornya yang bertingkat 30 itu,
sebuah kantor yang pucuknya melambai-lambai ke langit,
supir taksi itu bertanya, 'Bawa apa, Neng?'
"Sang wartawan memandang supir taksi itu dengan
jijik, lalu ia meludah. Crott! Sambil tertawa terbahak-bahak,
sang wartawan memasuki gedung kantor itu .. ."
"Nadira ... , kamu perlu tidur. . . "
Suara ayah Nadira terdengar bergetar.
"Di dalam liftyangpenuh sesak, beberapapegawai bank
mengamati wajah sang wartawan, seolah-olah dia makhluk
asing yang turun dari planet. Tas kain yang disandang
wartawan itu bergerak-gerak dan itu membuat seluruh
penduduk lift itu semakin tegang. Tapi mereka tak berani
bertanya. Ada kilat d i mata wartawan itu yang membuat
mereka lebih suka menutup bibir serapat mungkin. Ketika
bunyi berdenting pada lantai 2 7 , pegawai-pegawai bank itu
menghela nafas lega dan bersi ap menghambur keluar, agar
bisa menjauh dari wartawan aneh itu.
"Kini wartawan kita melangkah ke luar l i f t. Sebelum
pintu lift tertutup, ia meludah dengan semangat Crot! Crot!
Lantas tertawa se j adi-jadinya. D itinggalkannya penduduk
lift yang terbelalak memandangi tingkahnya ... ."
"Nadira!"
"Di ruang besar lantai dua puluh tujuh, seperti biasa
para wartawan ke sana-kemari diburu deadline; diburu
persaingan; diburu tuntutan eksklusivitas. Mereka tertawa
terbahak-bahak sementara jari-jarinya mengetik berita
i
tentang seorang gad s berusia tujuh tahun yang diperkosa
kakeknyasendiri atau koruptor kelaskakapyangdibebaskan
dari tuduhan. D i pojok yang lain, i a melihat salah seorang
82