Page 19 - BAB 05
P. 19
Pendapat ini sejalan dengan K.C. Wheare yang secara garis besar
membagi konstitusi menjadi dua bagian, yaitu konstitusi yang semata-
mata berbicara sebagai naskah hukum suatu ketentuan yang mengatur
“the rule of the constitution”, dan konstitusi yang bukan saja mengatur
ketentuan-ketentuan hukum, tetapi juga mencantumkan ideologi,
aspirasi, dan cita-cita politik, the statement of idea, pengakuan
kepercayaan, suatu beloofsbelijdenis dari bangsa yang
menciptakannya (Pasha, 2002:69).
Menurut Jimly Asshiddiqie (2005) menjelaskan bahwa ke dalam
konsep konstitusi itu tercakup juga pengertian peraturan tertulis,
kebiasaan dan konvensi-konvensi kenegaraan (ketatanegaraan) yang
menentukan susunan dan kedudukan organ-organ negara itu dan
mengatur hubungan organ-organ negara tersebut dengan warga
negara.
Hermann Heller mengemukakan tiga pengertian konstitusi, yaitu:
1. Die politische verfassung ais gesellschaftlich wirklichkeit. Konstitusi
dilihat dalam arti politis dan sosiologis sebagai cermin kehidupan
sosial politik yang nyata dalam masyarakat.
2. Die verselbstandigte rechtsverfassung. Konstitusi dilihat dalam arti
yuridis sebagai suatu kesatuan kaidah hukum yang hidup dalam
masyarakat.
3. Die geschreiben verfassung. Konstitusi yang tertulis dalam suatu
naskah undang-undang dasar sebagai hukum yang tertinggi yang
berlaku dalam suatu negara (Kusnardi & Ibrahim, 1988:65).
Menurut Winarno (2008) konstitusi dapat diartikan dalam arti luas dan
sempit, sebagai berikut :
1. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum dasar
tertulis dan tidak tertulis.
NEGARA & KONSTITUSI 101