Page 15 - PEMBINAAN PROFESI
P. 15
Pembinaan Profesi
Fransiskus dalam penyusunan AngBul). Itulah penghayatan Sabda Bahagia mengatasi
godaan akan kenikmatan.
Fransiskan Sekular dituntut pula untuk mengikuti Yesus Kristus secara radikal, karena
mereka harus menyangkal diri dan memikul salibnya (bdk. Luk. 9:23), untuk itu
mereka hendaknya:
o Menjadi miskin: hidup bersandar seutuhnya pada Allah, bukan semata-mata
pada hartanya atau kemampuannya
o Turut prihatin atas ketidakadilan yang melanda kehidupa kita, mengusahakan
keadilan yang bersumber pada Allah dan melalui usaha kita dan mampu
memuaskan orang lain.
o Dengan tangan terbuka memperhatikan mereka yang “sakit, tersingkir dan para
pendosa”
o Menjadi pembawa damai dan mampu membangun bendungan melawan segala
macam kekerasan, dan membangun jembatan untuk menjadi penghubung
mereka yang bermusuhan.
Bandingkan kedua tulisan di baawah ini:
Dia, meskipun kaya melampaui segalanya,
Mau memlih kemiskinan di dunia ii
Bersama Bunda-Nya Perawan yang amat bahagia. (2 SirBerIm 5)
... mengenal kasih Karunia Tuhan kita Yesus Kristus,
Bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin,
Supaya kamu menjadi kaya oleh kemiskinan-Nya. (2 Kor. 8:9)
2) Para Fransiskan Sekular, yang memulai pekerjaan serta harta bendanya harus mencukupi
keluarganya sendiri dan melayani masyarakat, mempunyai cara khusus dalam menghayati
kemiskinan Injili. Untuk mengerti dan melaksanakannya dituntu suatu upaya pribadi yang
kuat serta dorongan persaudaraan lewat doa dan dialog, lewat bersama meneliti hidup
penuh perhatian terhadap petunjuk-petunjuk Gereja serta kebutuhan-kebutuhan
masyarakat.
Penjelasan:
Para Fransiskan Sekular harus bekerja dan dari hasil pekerjaan itulah mereka diharapkan
mampu menghidupi keluarganya sebagaimana pesan Bapak Serafik:
Saudara-saudari yang diberi karunia oleh Tuhan untuk bekerja, hendaknya bekerja
dengan setia dan bakti; sedemikian rupa, sehingga mereka, sambil mencegah diri dari
sikap bermasal-malas yang merupakan musuh jiwa, tidak memadamkan semangat doa
dan kebaktian suci. (AngBul V, 1-2)
Dari hasil kerja keras inilah digunakan untuk keperluan keluarganya, dengan tidak
melupakan masyarakat sekelilingnya. Hasil usahanya bukan absolut milik 100%,
melainkan hanya sebagai “kepercayaan dari Allah untuk mengelolanya”. Tanggung
jawab atas pengelolaan barang dalam jumlah yang terbatas karena sesuai dengan
kebutuhan, dan tetap terbuka bagi kepentingan kelompok lain membutuhkan inilah
“kemiskinan Injili”.
Melaksanakan kemiskinan Injili bukan suatu yang mudah atau secara otomatis keluar
dari nuraninya, meskipun hal demikian bukan suatu hal yang mustahil. Gereja telah
mengetuk hati umatnya untuk kegiatan memikirkan umat lain yang memerlukan,
misalnya dengan Aksi Puasa Pembangunan. Sementara itu Bapa Suci Paus Paulus II
dalam keprihatinan akan masalah sosial menekankan: “Solidaritas sungguh
merupakan suatu kebajikan kristiani. (Sollocitudo Rei Socialis 40)
3) Para Fransiskan Sekular hendaknya berjanji untuk mengurangi kebutuhan pribadi mereka
sendiri agar lebih mampu berbagi harta rohani dan jasmani mereka dengan para saudara
dan saudarinya terutama yang paling membutuhkan. Hendaknya mreka bersyukur kepad
182