Page 129 - Sejarah HMI Cabang Kendari
P. 129
pernyataan Harry Azhar Azis terhadap hasil sidang MPK II dan Pleno
III PB HMI yang menetapkan Pancasila sebagai azas organisasi itu,
“Keputusan itu benar-benar murni keluar dari hati nurani kami tanpa
pengaruh manapun”. Sementara itu, Muchtar Effendi Harahap
sebagaimana dimuat pada Tempo edisi 27 April 1985, salah seorang
anggota MPK dari HMI Cabang Yogyakarta yang walk out dari forum
sidang mengatakan, “Sejumlah anggota MPK keluar dari sidang
ketika pembahasan soal azas. Hanya 6 atau 7 orang dari 25 anggota
MPK yang tetap duduk”.
Berkenaan dengan pernyataan Harry “Keputusan itu benar-
benar murni keluar dari hati nurani kami tanpa pengaruh mana pun”,
mendapat bantahan dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan fakta
peristiwa sebelum forum MPK II dan Pleno III PB HMI dilakukan,
terlebih dahulu Harry dan komplotannya mendatangi kediaman
Menpora yang sejak Kongres XV Medan getol memaksakan HMI
agar mau menerima Pancasila sebagai azas organisasi. Tempo edisi
Mei 1985 memberitakan PB HMI telah ‘digadaikan’ ke pemerintah
oleh Harry Azhar Azis seharga Rp. 2.000.000 guna mendapat izin
Sidang Pleno PB HMI di tempat yang nyaman seperti Ciloto.
Tindakan tersebut telah ‘menjual’ prinsip dan mengorbankan harga
diri organisasi.
Keputusan PB HMI yang menetapkan Pancasila sebagai azas
organisasi untuk dilegitimasi pada Kongres XVI Padang berdampak
buruk terhadap batang tubuh HMI sendiri. Hal itulah yang
mengakibatkan keputusan PB HMI mendapat tentangan yang keras
dari cabang utama HMI seperti; Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan
Ujung Pandang (Makassar). Sementara itu, karena tidak mendapat
dukungan dari cabang-cabang besar atau cabang utama HMI,
disandarkan pada situasi yang kalang kabut seta adanya desakan-
desakan usul dan saran dari berbagai pihak yang pro dengan
keputusan sesat PB HMI maka HMI Cabang Jambi dan Badko Jawa
Timur yang sebelumnya beku kembali diaktifkan.
110

