Page 122 - Gadis_Rempah
P. 122

“Bayangkan betapa bahagianya ibuku, Din. Anak satu-
 satunya ini, yang katanya manja, pendiam, dan dingin ini,
 yang katanya tidak mencintai rempah-rempahnya ini, ... tiba-
                                                     Bab 9
 tiba datang padanya memberikan kejutan,” celoteh Arumi
 begitu tubuhnya melesat bersama Dinda dan motornya.

                  Dikejar bayang-bayang
 “Bentar-bentar aku bayangin dulu ..., ehm ... tapi aku
 khawatir nubruk kalau bayanginnya di jalan raya begini!”
 canda Dinda yang langsung disusul dengan cubitan Arumi
 di pinggangnya. Keduanya tertawa lepas.
                                        Naning benar-benar tak peduli.
 “Bayangkan  deh, Din. Bagaimana reaksi ibuku begitu
                                           Menyingkirkan semua yang
 tahu aku terpilih sebagai mahasiswa PTN jalur prestasi?
                                     menghalangi jalannya. Semakin dia
 Bayangkan juga reaksi ibuku begitu tahu desain kafe rempah
                                  berjalan cepat, semakin bayang-bayang
 buatanku memenangkan lomba bergengsi Kemenparekraf?   Handoko mengejarnya dan terus
 Kira-kira gimana reaksi ibuku ya, Din?” Arumi kembali    mendekat.
 berceloteh riang. Tidak dihiraukannya siang yang terik dan
 hembusan angin panas Surabaya yang menyapu wajah dan
 berkali-kali merusak tatanan rapi kerudung putihnya.
 “Ehm ... kalau aku jadi ibumu mungkin aku terkejut,
 menangis terharu, memeluk, atau menggendong kamu?”

 “Hahaha ... gak segitunya juga kali, Din. Pakai gendong
 segala. Memangnya aku balita, apa?”

 Tawa keduanya kembali berderai.











 113  Bab 8 — Kado berduyun-duyun                Gadis Rempah  114
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127