Page 86 - Gadis_Rempah
P. 86

Dengan langkah gontai, Arumi mendekati tempat  Dinda mencoba mengintip di sela-sela pagar Pandangannya
                                                      .
 tidurnya, lalu menghempaskan tubuh lelahnya tak berdaya.   langsung tertuju pada sosok laki-laki besar yang memakai baju
 Kedua mata Arumi sempat menangkap garis cahaya dari  satpam sedang tidur sambil duduk di posnya.
 bola-bola lampu-lampu kristal yang menggantung di atap
                   “Ada. Lagi tidur tuh!” ucap Dinda kesal.
 kamarnya sebelum benar-benar terlelap.
                   “Baik. Sebentar, aku bangunkan ya …,” Arumi
               menggeser tubuhnya lalu duduk mendekati interkom di
               samping tempat tidurnya. Suara gugup seorang pria dewasa
 Dering suara gawai milik Arumi terus menjerit tanpa   terdengar setelah dering interkom berkali-kali menjerit di
 ampun. Perlahan, Arumi membuka matanya. Ditangkapnya   pos satpam.
 sekelebat cahaya yang menyelinap di balik tirai tipis
                   “Halo halo, Mbak Arumi,” suara Pak Marlan terdengar
 jendela kamarnya yang melambai-lambai. Udara hangat
               gugup.
 menyembur menyapu keningnya.
                   “Pak Marlan, tolong buka pagarnya dong. Ada temanku,
 Arumi perlahan menggeser tubuhnya ke tepian  tempat
               tuh,” pinta Arumi pada satpam yang telah bertahun-tahun
 tidurnya yang lebar. Dengan malas, disambarnya gawai yang
               bekerja untuk keluarganya.
 sedari tadi menyala di meja kecil di samping tempat tidurnya.
                   “Siap-siap, Mbak. Ngapunten sanget, saya ketiduran
 “Halo ...,” ucapnya malas.
               tadi, habis bergadang nonton bola semalam,” Pak Marlan
 “Arumi ...!” pekik Dinda di ujung gawai, “Kamu di  merasa bersalah.
 mana?” teriak Dinda kesal.
                   “Njih. Tidak apa, Pak.”
 “Di kamar,” jawab Arumi polos.
                   Mendengar ucapan Arumi seketika Pak Marlan
 “Iiish ..., anak ini! Aku di depan rumahmu!”  merasa tenang. Sikap santun dan bersahaja Arumi dan
               ibunya membuat Pak Marlan betah bertahun-tahun tinggal
 “Masuk aja, Din. Naik ke kamarku!”
               dan bekerja di rumah ini. Meskipun Pak Marlan sebagai
 “Hmm ..., anak ini!” gerutu Dinda geram. “Bagaimana   satpam, Pak Sabir sebagai tukang kebun, dan Bu Siti
 aku bisa masuk ke rumahmu ini tuan putri cantik jelita?  asisten rumah tangga di rumah mewah ini, Naning dan
 Pagar rumahmu ‘kan terkunci?” suara Dinda mulai  Arumi memperlakukan mereka seperti keluarga sendiri.
 meninggi di ujung gawai hingga Arumi harus menjauhkan   Tidak jarang Bu Siti, juru masak yang juga istri Pak Sabir
 gawai dari telinganya.  memanggil dua laki-laki itu untuk makan bersama Naning
 “Ada Pak Marlan gak di situ?” tanya Arumi.  dan Arumi di satu meja makan yang sama. Itu semua juga
               atas perintah Naning atau Arumi.


 77  Bab 6 — Kembang Lawang                      Gadis Rempah  78
   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91