Page 299 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 299

Iradahe! (kehendak) adalah awal jalan p ara salik yangsebenar-
           nya merupakan  nama bagi tahapan (maqam) pertama pendakian
           sallk untuk menuju  ke hadirat  Allah.  Sifat ini (tahapan  pendakian,
           nnqamt tempat  penurun  rn, atau terminal rohani) dinamakan ira-
           dah, d*arcnakan  iradah merupakan awal segala urusan. Barang-
           siapa tidak punya kehendak terhadap sesuatu, maka dia tidak
           mungkin bisa melakukannya  (memanifestasikan  kehendak).
               Segala  persoalan yang menjadi langkah awal salik dalam
           meniti jalan menuju Allah dinamakan iradah. Kedudukannya
           sama halnya  dengan muqaddimaft  dalam semua  urus€rn  yang ber-
           kaitan dengan tujuan. Murid (orang  iang  berkehendak) harus
           memiliki iradah sebagai  belahan  kesatuan  langkah-langkahnya,
           sebagaimana  seor€rnt alim yang diharuskan memiliki ilmu seba-
           gai belahan (indikasi yang menuniukkan; kealimannya. Kedua
           nama im(rrurid  danalim)  rlalam  ilmugramatikabahasa  Arab di-
           namakan kata jadian  sebagai bentuk pecahan dari kata asahrya.
           Akan tetapi, murid dalam pengertian ahli sufi bukanlah  sebuah
           perwujudan kehendak milik murid sendiri (orangnya). Karena,
           orant yang masih belum bisa memurnikan dirinya  darieksistensi
           kehendaknya (kehendak manusia yang sifatnya relatif atau pin-
          jaman),  maka  dia tidakbisa dinamakan  murtd;  sebagaimana  sese-
           orang yang tidak punya kehendak yang mengharuskan terjadi
          belahan yang tidak juga bisa dinamakan murid.
               Banyak  orant yang memberi arti iradah. Masing-masing
          mengungkapkannya  sebatas apa yang tersirat dalam hatinya.  Se-
          mentara para sufi kebanyakan  mengatakan  bahwa  iradah adalah
          meninggalkan  apa yang telah menjadi suatu  kebiasaan. Kebiasaan
          manusia umumnya adalatr terpaku  pada hukum  penapakan (pro-
          ses aktualisasi diri) di tempat-tempat  yang membuatnya  lupa,
          percaya pada ajakan  syahwat, dan cenderung mengikuti apa yang
          dibisikkan oleh harapan atau antan-angan.  Sedangkan seorang
          murid harus terlepas dari identitas ini. Semuanya tidak boleh


              ulradah   adalah konsentrasi kepada Allah dalam suluk menuju
          kesempumaan  tauhid. Suatu upaya yang terpuji  dan menjadi tuntutan
          hamba.  Iradah  pada haikatnya bukan kehendak  dirinya, dan tidak ada
          pilihan  lain atas maksudnya.  Yaitu seseorang berkonsentrasi  semata
          karena Kehendak  Allah Swt.

                                      ?qaata.o  ,eL-  P..f.afr.- fu.  *lr1   2E5
   294   295   296   297   298   299   300   301   302   303   304