Page 300 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 300

melekat  pada dirinya. Kemampuan salik (yang bermurid) keluar
              dari kenyataan-kenyataan  (semu) iradahnya, meniadi bukti atau
              tanda  atas keben aran ir adah-Ny". Keadaan semacam  inilah yang
              dinamakan iradah, yaitu keluarnya salik dari hukum kebiasaan
              (hukum alam, kemanusiaan,  kebenaran semu atau kehendak
              yang bukan sesungguhnya).  Dengan demikian, keberhasilian  me-
              ninggalkan  kebiasaan  merupakan  tanda-tanda  iradah. Adapun
              hakikatnya  adalah manifestasi  kebangkitan  hati dalam pencarian
              Al-Haqq.  Karena  itu, hal ini dikatakan, "Sesungguhnya  lra dah ada-
              lah kepedihan hati karena  jeratan  cinta pada Allah yant mampu
              menghinakan  setiap keharuan."

                   Diceritakan  dari seorang guru sufi, "Strafu  hari saya sendirian
              berada di sebuah pedusunan yang sunyi. Tiba-tiba  dada saya te-
              rasa sempit  sampai mendorong  lidah saya mengucap, 'Wahai ma-
              nusia, bicaralah  pada saya. Wahai  )in,  bicaralah pada saya.'Tiba-
              tiba sebuah suara tanpa bentuk men;lahuti  saya,' Apa yang kamu
              kehendaki?'  Say a menjawab,'Allah Yang saya kehendaki.'  Dia
              kembali bertanya,  ,K.p*  kamu menghendaki Allah?'"
                   Kisah ini mengand*g  pelajaran  tentang makna iradah. O-
              rang tersebut yang mengatakan  'ticaralatr  kalian pada saya" me-
              nunjukkan sebagai orant yang berkehendak  (murid) pada Allah.
              Orarrg yang berkehendak  ataumurid selalu tidak tenang dan le-
              mas sepanjang  malam dan siang. Dia dalam sikap zhahirnya
              dihiasi dengan berb agarmujaladahh (latihan atau perjuangan  me-
              lawan hawa nafsu) dan dalam sikap batinnya disifati penahanan
              berbagai bentuk beban kesulitan.  Dia senantiasa menjauhl@n dfui
              dari tempat tidur, selalu siaga, siap memikul kesulitan-kesulitan
              dan menunggant  kepayahan,  mengobati  akhlak, membiasakan
              diri dengan  hal-hal yangberat, merangkul  objek-objek yang me-
              nakutkan, dan memisahkan diri dari berbagaibentuk  eksistensi
              atau simbol-simbol  keperanan.  Sebagaimana  tersebut dalam se-
              buah syair:


                   kemudian saya putus malam
                   d al a m ke nihna  t an -kenikm  a t anny a
                   tidak ada singa  yang saya talati
                   juga tidak serigala
                   rinduku mengalahkan  saya


              2t6  %a  Ktla-  '21a..
                                     "...4
   295   296   297   298   299   300   301   302   303   304   305