Page 480 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 480
dan Maha Suci.rn Ia tidak lagi menyaksikan selain Allah Azzawa
lalla dan tidak kembali kepada selain-Nya, sebagaim.rna orErnE
yangberakal akan kembali kepada hati, pikiran, dan renungannya
dalam menghadapi sesuatu, atau menghadapinya dengan kenya-
taan, maka seor€rnt yang arif akan kembali pada Tuhannya. Jika
ia hanya disibukkan dengan Tuhannya, maka ia tidak lagi kembali
kepada hatinya. Bagaimanakah suatu makna akan bisa masuk
ke dalam hati orang yang tidak memiliki hati. Bedakanlah antara
orant yang hidup dengan hatinya dan orang yanghidup dengan
Tuhannya."
Ditanyakan kepada Abu Yazid Al-Busthami tentang ma'-
rifat, lalu dijawab dengan ayat:
,'Hi tW, ,t^\:;.Ii( l;; f-,vs t;y t;!t',i1
' .n. t
"ses4ngguhnyara ja-ra ja jik*r:r::irf;lrlri'rff ,
mereiln membinasakannya dan menjadikan penduduknya yang
mulia jadi hina." (QS. An-Naml: 34)
Menurut Abu Yazid, manusia mempunyaibeberapa kondisi,
namun bagi orang arif tidak mempunyai kondisi, karena tanda-
tandanya telah dihapus, identitasnya telah dihapuskan oleh iden-
titas lain-Nya, danjejak-jejaknya telah hilang karena jejak-fejak
yang lain-Nya. Sedangkan menurut, Muhammad Al-Wasithi,
ma'rifat seorant hamba tidak benar jika dibarengi dengan rasa
butuh dan tidak butuh kepada Allah.
Ustaz Abul Qasiin Al-Qusyairi menjelaskan, "Yang dimak-
sud ucapan Muhammad Al-Wasithi'bahwa sifat butuh dan tidak
butuh'adalah bentuk penjelasan yang menunjukkan salah satu
tanda kesadaran dan jejak dirinya, sedangkan seor€rnt arif hanya
lnKarena orang yang mengetahui Allah, maka dia tidak butuh pada
pandangan (penga n ggapan) d alam ibadahnya untuk mend udukka nnya
dengan menurut apa yant dituntutnya dan ini adalah benar. Hatinya
mengharuskan masuk, sementara setan dianggap musuh abadinya.
Namun, dia tidak diam darinya dan dernikian itu adalah batil.
Seharusnya dia mengetahuinya dengan hatinya kemudian meniaganya.
466 S<ala klaa'lba'7uul