Page 119 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 119

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 117

                  diberlakukan terhadap mereka (dikenakan hukuman), karena
                  untuk menjaga kemurnian syari’at Islam yang suci”.

                  Dalam  penjelasan  bait-bait  di  atas,  Syaikh  Muhammad  ad-
           Dah  asy-Syanqithi  menyebutkan  pernyataan  bahwa  ada  sebagian
           ulama mengatakan bahwa seorang wali yang dalam keadaan jadzab
           dan  berkata-kata  syathahât;  seperti  hulûl  dan  ittihâd,  atau  kata-kata
           kufur  lainnya,  kepadanya  tetap  diberlakukan  hukum  takfîr  serta
           diberlakukan  kepadanya  hukum-hukum  seorang  yang  keluar  dari
           Islam.  Adapun  kata-kata  syathahât  yang  tidak  mencapai  batas
           kekufuran,  maka  orang  yang  jadzab  tersebut  tidak  dikafirkan.
           Namun  demikian  seorang  yang  dalam  keadaan  kedua  ini  tetap
           dicegah  dari  kata-kata  sesatnya  tersebut,  bahkan  diberi  hukuman
           sesuai dengan kesalahan-kesalahannya,  supaya orang-orang  awam
           tidak mengikuti mereka. Ini dikarenakan mereka adalah kaum sufi,
           di  mana  kebanyakan  tingkah  laku  dan  perkataan  mereka  menjadi
           rujukan bagi kebanyakan orang awam.
                  Hal senada diungkapkan oleh Imam al-‘Izz ibn Abd al-Salam.
           Beliau mengatakan bahwa seorang wali yang berkata: “Saya adalah
           Allah”, maka ia dikenakan hukuman (ta’zîr) karena bagaimanapun
           ia  bukan  seorang  yang  ma’shûm    136 .  Artinya  jika  orang  tersebut
           berkata-kata dalam keadaan tidak sadar (jadzab), walaupun ia bukan
           seorang  mukallaf,  tetap  dikenakan  hukuman.  Karena  dengan
           hukuman  tersebut  ia  mungkin  tidak  akan  kembali  berkata-kata
           semacam itu. Karena ta’zîr itu dapat memberikan pengaruh kepada
           seorang  yang  hilang  ingatan,  sebagimana  halnya  pukulan  dapat
           memberikan pengaruh kepada binatang yang tidak berakal. Adapun



                 136  Lihat al-Habasyi, at-Thahdzîr asy-Syar’i…, h. 181-182
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124