Page 424 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 424
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 422
gunanya dan sia-sia belaka. Dan bila ada teks yang ternyata
demikian, lantas apa gunanya disampaikan kepada kita?!
Pemahaman semacam ini jelas adalah sesuatu yang mustahil.
Padahal dalam pola bahasa Arab dikenal istilah penggunaan
kalimat-kalimat yang mengandung makna yang banyak (al-
Tajawwuz wa al-Tawassu’), dan mereka para ulama secara persis
mengetahui metode-metode dari penggunaan pola tersebut dan
tujuan-tujuannya”. Dengan demikian mereka yang anti terhadap
takwil adalah orang-orang yang tidak memiliki pemahaman yang
benar dalam tata bahasa Arabnya. Karena pada hakekatnya seorang
yang benar-benar paham seluk beluk bahasa Arab maka akan
mudah baginya untuk memahami kebenaran yang terkandung
dalam teks-teks syari’at, baik al-Qur’an maupun hadits.
Selain dari pada itu semua, firman Allah dalam QS. Ali
‘Imran: 1 (Wa Mâ Ya’lamu Ta’wîlahu Illallâh Wa ar-Rasikhun Fi al-‘Ilm),
dalam salah satu ilmu qirâ’at disebutkan bahwa kata “Wa al-
Râsikhuna” adalah athaf (bersambung) kepada lafzh al-Jalâlah “Allah”.
Dengan demikian maka maknanya bahwa yang mengetahui takwil
ayat-ayat mutasyâbihât tidak hanya Allah, tapi juga mereka yang
memiliki kekuatan dan kompetensi keilmuan (ar-Rasikhun Fi al-‘Ilm)
juga mengetahui takwil ayat-ayat mutasyâbihât tersebut. Dan ar-
Rasikhun Fi al-‘Ilm inilah mereka yang berkata “Âmannâ bih…” (Kami
beriman dengannya), karena memang keimanan itu hanya akan
datang apa bila sudah mengetahui, sementara seorang yang tidak
mengetahui maka keimananpun tidak akan datang pada dirinya.
Dan di atas dasar inilah sahabat Abdullah ibn ‘Abbas berkata: “Anâ
Min al-Râsikhîn Fi al-‘Ilm”, artinya; “Saya adalah termasuk orang-
orang yang memiliki kekuatan dan kompetensi dalam ilmu”.