Page 435 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 435
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 433
mereka memahami hadits ini dengan memakai metode takwil.
Mereka berkata bahwa maksud hadits ini adalah sebagai
perumpamaan atau pendekatan tentang nikmat-nikmat dan karunia
yang dianugerahkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya, artinya
mereka tidak memahaminya secara zhahir. Maka lantas di mana
konsistensi mereka dalam memegang makna zhahir teks?! Padahal
jelas secara zhahir makna hadits tersebut: “Siapa yang mendatangi-
Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari
kecil…”. Mengapa mereka tidak mengambil makna zhahir ini?!
Ke tujuh: Mereka seringkali memberlakukan makna-makna
indrawi dalam memahami teks-teks mutasyâbihât. Ini ditandai
dengan kebiasaan mereka yang seringkali menambahkan kata-kata
tertentu terhadap teks-teks tersebut. Seperti seringkali mereka
berkata: “Yanzil Bi Dzâtih…”, “Yanzil Wa Yatahawwal…”, “Istawâ Bi
Ma’nâ al-Haqîqah…” dan berbagai kata lainnya. Lalu kemudian
untuk mengecoh orang-orang awam, mereka menambahkan pula:
“Lâ Kamâ Na’qil…”. Terkadang mereka juga berkata: “Lahû Yad Lâ Ka
al-Aidî…”, “Lahû ‘Ain Lâ Kasâ’ir al-A’yun…”, “Lahû Qadam Lâ Kasâ’ir
al-Aqdâm…”, dan yang tersisa bagi mereka adalah untuk
mengatakan: “Huwa Insân Lâ Kasâ-’ir an-Nâs…”. Adakah tauhid
dalam keyakinan orang-orang semacam ini?! 410 .
Dalam menetapkan sifat-sifat bagi Allah yang diambil dari
tek-teks hadits ada beberapa kaedah mendasar yang harus
dipenuhi 411 . Kaedah-kaedah tersebut sebagai berikut:
Pertama: Kaedah yang disebutkan oleh al-Hâfizh al-Khathib
al-Baghdadi dalam kitab al-Faqîh Wa al-Mutafaqqih, sebagai berikut:
410 Penjelasan lebih luas lihat Ibn al-Jauzi, Daf’u Syubah…, h. 11-12
411 Penjelasan lebih luas dan menyeluruh tentang masalah ini lihat al-
Habasyi, Sharîh al-Bayân…, j. 1, h. 86-95

