Page 116 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 116
114 | Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid
kepada uskup-uskup mereka, padahal engkau lebih berhak untuk
menerima sujud-sujud tersebut‖. Kemudian Rasulullah bersabda:
ٍ
ْةَأرمْ لاْترمََ لأْدحَ لأْدجسَْنَأْادحَأْرماءْتنكْوَ لْ،لعف تْلا
َ ُُ َ ُ ُْ
َْ َ
َ
ْ ً
َ
ُ ْ َ
َ
َْ ُ َْ
ْ ْ َ
ِ ِ
ْفيْ يقهيبلاوْ وجامْ نباوْ نابحْ نباْ هاور(ْ اهجوزلْ دجستْ نَأ
َ ْ
َ َْ َ
ّ
ُ ْ
ّ
ْ )وننس
“Jangan engkau lakukan itu! (artinya haram). Seandainya
aku memerintah seseorang agar bersujud kepada orang lain,
niscaya aku perintahkan seorang wanita untuk bersujud
kepada suaminya”. (HR. Ibn Hibban, Ibn Majah dan al-
Baihaqi dalam kitab Sunan-nya)
Dalam hadits ini Rasulullah hanya mengatakan ―Jangan
engkau lakukan itu…!‖, artinya bahwa perbuatan tersebut adalah
haram. Rasulullah tidak mengatakan: ―Engkau telah kafir…!‖,
atau ―Engkau telah musyrik…!‖, padahal sujudnya Mu'adz kepada
Rasulullah adalah salah satu bentuk perendahan diri yang sangat
nyata. Namun demikian, Rasulullah mengetahui bahwa Mu'adz
tidak merendahkan dirinya dan tunduk kepada beliau
sebagaimana perendahan diri Mu'adz sendiri dan ketundukannya
kepada Allah, maka itu Rasulullah tidak mengkafirkannya.
Rasulullah hanya melarangnya. Karena itu, di dalam syari‘at Nabi
Muhammad, apa bila seseorang sujud kepada sesama manusia
seperti sujud di dalam shalat untuk tujuan penghormatan, maka
hukumnya haram. Namun apa bila ia sujud untuk tujuan
mengagungkannya sebagaimana ia mengagungkan Allah maka
jelas hal ini sebuah kekufuran.
Dengan demikian setiap perbuatan yang tidak
mengandung puncak ketundukan dan perendahan diri maka itu
bukan ibadah, meskipun perbuatan tersebut dalam bentuk sujud.