Page 208 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 208

206 | Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid

            tidak  dapat  dibagi-bagi  menjadi  benar  sebagiannya.  Tidak  ada
            suatu apapun setelah kebenaran kecuali kesesatan (ma ba‟dal haqq
            illadl-dlalal). Tidak ada seorang-pun dari orang-orang Islam yang
            berakal sehat mengatakan bahwa keimanan dan kekufuran dapat
            terbagi-bagi kepada bagian-bagian yang kemudian keduanya saling
            bercampur-aduk.  Dalam  catatan  di  atas  Ibnu  Taimiyah
            mengakafirkan para ulama Islam dalam separuh masalah; yang ia
            ungkapkan  dengan  kata  “ba‟dl”  (separuh),  ia  berkata:  ―…mereka
            telah  keluar  dari  sebagian  kebenaran”,  namun  diakhir  catatannya  ia
            secara  jelas  mengatakan  bahwa  para  ulama  Islam  tersebut  telah
            keluar  dari  seluruh  kebenaran,  sebagaimana  akan  kita  bahas  di
            bawah.  [Sekali  lagi;  ini  menunjukan  bahwa  ia  tidak  mencermati
            dan tidak memikirkan apa yang ia tulis dan ia katakan].

                   Tiga;  Perkataan Ibnu Taimiyah;
                             "مىيغْيبوْمهنيبْكتشهداْقمحاْضعبْنعْاوجرخ "


            “…mereka telah keluar dari sebagian kebenaran yang telah disepakati oleh
            mereka sendiri dan oleh orang-orang selain mereka…”; adalah ungkapan
            yang bodoh yang ditertawakan oleh ―orang-orang gila‖ sebelum
            ditertawakan  oleh  orang-orang  berakal  sehat.  Karena  makna
            ungkapan Ibnu Taimiyah itu berarti; ―tauhid Uluhiyyah dan tauhid
            al-Asma wa ash-Shifat adalah perkara yang bersamaan (disepakati
            di  dalamnya)  antara  dia  sendiri  [dan  orang-orang  kafir  lainnya]
            dengan para ulama Islam. Lalu para ulama Islam tersebut keluar
            dari perserikatan tersebut, [keluar dari tauhid], sementara orang-
            orang  kafir  tersebut  murni  [menetap]  dalam  tauhid  tersebut‖.
            Na‟udzu billah.
                    Empat;  Catatan Ibnu Taimiyah lebih parah lagi dan lebih
            rusak, ia berkata;
   203   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213