Page 210 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 210

208 | Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid

            hakekat nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya‖. Rasulullah hanya
            memerintahkan segenap hamba ini untuk menyembah Allah dan
            tidak menyerupakan (menyekutukan-Nya) dengan suatu apapun.
            Rasulullah  hanya  memerintah  kita  untuk  berdoa  kepada-Nya
            dengan  menyebut  nama-nama-Nya  (al-Asma  al-Husna),  tidak
            pernah  memerintah  kita  untuk  menetapkan  hakekat-hakekat
            nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya. Rasulullah hanya menyuruh
            kita agar mengikutinya dalam seluruh apa yang beliau sampaikan,
            baik  dalam  perkara-perkara  yang  berupa  perintah  atau  berupa
            larangan (al-awamir wa an-nawahi). Demikian pula para ulama Salaf
            saleh;  dari  kalangan  sahabat,  tabi‘in,  dan  atba‘  a-tabi‘in,  ketika
            mereka  menyebarkan  ajaran-ajaran  Islam  di  berbagai  pelosok
            dunia,  mereka  tidak  pernah  memerintahkan  manusia  untuk
            menetapkan  hakekat-hakekat  nama-nama  Allah  dan  sifat-sifat-
            Nya. Siapa yang ragu, keras kepala, dan membangkang tidak mau
            menerima kenyataan ini silahkan mendatangkan teks sahih yang
            dapat menetapkan pengakuannya.
                    Sesungguhnya  tujuan  Ibnu  Taimiyah  mengatakan ―wajib
            menetapkan  hakekat-hakekat  nama-nama  Allah  dan  sifat-sifat-
            Nya‖;  adalah  karena  dia  seorang  berkeyakinan  tasybih;
            menyerupakan     Allah   dengan    makhluk-Nya,    ia   sangat
            berpegangtegung dengan makna zahir teks-teks mutasyabihat dari
            al-Qur‘an  dan  hadits,  ia  berkeyakinan  bahwa  teks-teks  tersebut
            dalam  makna  zahir  dan  hakekat-hakekatnya.  Karena  itu  ia
            memaknai  kata  “istawa”  (QS.  Thaha: 5) dengan makna zahirnya
            dan  makna  hakekatnya,  ia  mengatakan  Allah  bertempat  dan
            duduk di atas arsy. Nau‟du billah. Keyakinan sesat Ibnu Taimiyah
            ini persis sama dengan orang-orang sesat sebelumnya dari kaum
            Musyabbihah Mujassimah.

                   (Dua Puluh Lima) :    Dalam catatannya tersebut di atas,
            Ibnu Taimiyah berkata:
   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215