Page 219 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 219
Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid | 217
dalam tafsiran lainnya-- adalah karena adanya kemusyrikan-
kemusyrikan lainnya --yang semua itu intinya menetapkan adanya
Tuhan kepada selain Allah--.
Dalam firman Allah QS. Yusuf: 106 dalam menetapkan sisi
syirik-nya orang-orang musyrik tersebut diungkapkan dengan
jumlah ismiyyah; yaitu pada “wa hum musyrikun” ini memberikan
pemahaman bahwa kufur (syirik) mereka telah benar-benar ada
dan terus berlanjut dan tetap kuat dalam hati mereka. Sementara
dalam menetapkan sisi penafian iman dari mereka diungkapkan
dengan jumlah fi‟liyyah; yaitu pada “wa ma yu‟minu aktsaruhum” ini
memberikan pemahaman bahwa kufur (syirik) mereka telah
benar-benar ada dan terus berlanjut dan tetap kuat dalam hati
mereka, sementara pengakuan mereka dengan iman tidak tetap
dan tidak ada dalam hati mereka. Artinya, --pengakuan mereka
dengan adanya Dia Yang maha Pencipta, Maha Pemberi rizki,
Maha Menghidupkan dan Maha mematikan; namun di saat yang
sama mereka menafikan dan mengingkari apa yang mereka akui
tersebut dengan kata-kata dan perbuatan yang bertolak belakang
dengannya--; ini semua memberikan pemahaman bagi kita bahwa
apa yang mereka katakan bukanlah tauhid, dan bukan iman baik
secara bahasa maupun secara syara‘. Karena susungguhnya makna
iman secara bahasa adalah ―membenarkan dengan hati secara
mutlak -tanpa tawaran-‖, dan makna iman secara syara‘ adalah
―membenarkan terhadap Rasulullah dengan segala apa yang
dibawa/diberitakan olehnya dengan sikap pasti (bi adl-dlarurah)‖.
Arti dengan sikap pasti di sini adalah dalam perkara-perkara yang
jelas sebagai bagian dari ajaran-ajaran agama yang diketahui oleh
semua orang Islam, yang paling awam sekalipun, dengan tanpa
membutuhkan kepada pikiran dalam berdalil (Nazhar dan Istidlal).
Sehingga tuntutan iman pada perkara-perkara global cukup
diimani juga secara global, sementara pada perkara-perkara rinci