Page 222 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 222

220 | Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid

            “Katakan --olehmu wahai Muhammad-- siapakah yang memberikan rizki
            bagi kalian  dari langit  dan bumi? Bukankah  Dia yang memiliki  segala
            pendengaran  dan  penglihatan,  Dia  yang  mengeluarkan  yang  hidup  dari
            kematian  serata mengeluarkan  mati dari kehidupan, Dia yang mengatur
            segala  urusan?  Mereka  akan  berkata:  Allah,  maka  katakan  olehmu:
            “Tidakah  kalian  takut  kepada-Nya  (dengan  beriman  dengan-Nya)”?
            maka  itulah  Allah  Tuhan  kalian  yang  Haq”  (QS.  Yunus:  31-32).
            Dalam  ayat  ini  jelas  disebutkan  bahwa  pengetahuan  mereka
            kepada Allah tidak bermanfaat bagi mereka, karena hati mereka
            mengingkari.

                   Dalam ayat lain Allah berfirman:
                                                                 ِ
                                                    ِ

                 ْةروس(ْمىءآن ب ْ َأْنوفِ رع َْامكْونوفِ رع َْباتكْ لاْمىان ي تاءْنَذلا
                                        َ
                                                        ُ ُ ََْ
                               َ ُ َْ َ َُ ُ َْ َ َ
                            َْ
                        ْ َُ
                                                             َ َ
                                                         )    ٔٗٙ ْ:ةرقبلا
            “Mereka    --orang-orang   kafir   (Yahudi)--mengetahui   Rasulullah
            sebagaimana  mereka  mengetahui  anak-anak  mereka  sendiri”  (QS.  al-
            Baqarah: 146). Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang kafir
            tersebut  walau  mereka  benar-benar  mengetahui  sosok  dan
            kepribadian Rasulullah namun itu tidak bermanfaat bagi mereka
            karena mereka mengingkari kerasulannya dan mengingkari segala
            apa yang diberitakan olehnya.
                   Demikian  pula  hakekat  iman  itu  tidak  hanya  sebatas
            pengakuan  di  lidah  saja,  seperti  pemahaman  sesat  golongan
            Karramiyyah.  Seandainya  iman  itu  cukup  dengan  hanya
            pengakuan  lidah  saja  maka  tentu  Allah  tidak  akan  menafikan
            keimanan tersebut dari orang-orang munafik yang mulut mereka
            mengucapkan  iman,  padahal  Allah  tetap  menyebut  mereka
            sebagai orang-orang kafir. Allah berfirman:
   217   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227