Page 223 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 223

Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid  | 221

                                          ِ
                                     ِ
                                 ِ
                    ِِ ِ
                                                                  ِ
                                            ِ
                 ْينمؤبمْمىْاموْ ِ رخَ لأاْمو يلاوْ   للَّباْا  نماءْ ُ لوق َْنمْ ِ سا  نلاْنمو
                                                     ُ
                                                      َ ْ َ
                                                                 َ َ
                                      َْ َ
                                               َ َ
                  َ ُْ ُ ََ
                                                       ٛ ) ْ  ْ:ةرقبلاْةروس(
                  “Dan  di  antara  manusia  ada  orang  yang  berkata:  “Kami
                  beriman dengan Allah dan dengan hari akhir”, dan padahal
                  mereka  bukanlah  orang-orang  mukmin”  (QS.  al-Baqarah:
                  8).
                   Demikian pula hakekat iman itu bukan sebagai kesatuan
            (paket) dari kumpulan keyakinan dengan hati, pengakuan dengan
            lidah,  dan  berbuat  --kesalehan-kesalehan--  dengan  anggota-
            anggota  pemahaman  badan;  seperti  pendapat  sesat  golongan
            Khawarij  dan  golongan  Mu‘tazilah.  Golongan  Khawarij
            mendefinisikan  iman  seperti  demikian  itu,  sehingga  mereka
            menghukumi kafir orang-orang mukmin yang berbuat dosa besar,
            sementara  golongan  Mu‘tazilah  menghukuminya  bukan  seorang
            mukmin  dan  juga  bukan  seorang  kafir  (al-manzilah  bain  al-
            manzilatain). --Dua paham ini salah dan menyesatkan--.
                    Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa pada dasarnya
            pembenaran  (at-tashdiq)  dalam  hati  tidak  ada  kaitannya  dengan
            lidah  dan  atau  anggota-anggota  badan.  Hanya  saja  oleh  karena
            masalah hati adalah adalah perkara batin yang tidak dapat diraih
            dan diprakirakan, di mana hukum-hukum tidak dapat dibangun di
            atas perkara batin yang tersembunyi semacam ini; maka kemudia
            syara‘  menetapkan  media  untuk  mengungkapkan  apa  yang  ada
            dalam  hati  tersebut,  yaitu  pengakuan  lidah  (verbal),  yang  itu
            merupakan  tanda  pengakuan  apa  yang  ada  dalam  hati  dan  juga
            merupakan  syarat  diberlakukan  baginya  hukum-hukum  duniawi.
            Penjelasan ini sebagaimana dimaksud dalam hadits Rasulullah, ia
            bersabda:  ―Aku  diperintah  untuk  memerangi  manusia  hingga
            mereka  berkata  “la  ilaha  illallah”  (tidak  ada  Tuhan  yang  berhak
   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228