Page 228 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 228

226 | Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid

                   “Namun  demikian  mereka  tetap  saja  beribadah  kepada
                   selain Allah”.
            Perkataan  Ibnu  Taimiyah  ini  jelas  batil  dan  rusak.  Pemahaman
            tulisan tersebut adalah: ―Ibnu Taimiyah –yang mengatasnamakan
            dirinya  yang  seorang  diri  sebagai  kelompok/komunitas,  juga
            menamakan dirinya sebagai Salaf—berkata kepada semua orang
            yang  bermadzhab  Maliki,  bermadzhab  Syafi‘i,  bermadzhab
            Hanafi,  dan  orang-orang  terkemuka  dari  madzhab  Hanbali:
            ―Siapakah  yang  menciptakan  langit-langit  dan  bumi?  Maka
            mereka  menjawab:  ―Allah‖.  Namun  demikian,  --dalam
            pemahaman  Ibnu  Taimiyah--  walaupun  mereka  menjawab
            ―Allah‖  tetap  saja  mereka  adalah  orang-orang  kafir  musyrik,
            karena itu hanyalah pengakuan tauhid Rububiyyah saja, dan tetap
            saja menyembah kepada selain Allah. Sebabnya, --menurut Ibnu
            Taimiyah--  karena  mereka  ber-tawassul  dengan  Rasulullah,  ber-
            tawassul  dengan  orang-orang  saleh,  melakukan  istighatsah  dan
            isti‟anah dengan mereka; dan semua itu adalah menyembah kepada
            selain Allah, perbuatan syirik.

                    Dasar pengkafirkan Ibnu Taimiyah terhadap orang-orang
            Islam yang melakukan tawassul, istighatsah, dan isti‘anah adalah –
            menurutnya--  karena  mereka  mencari  manfaat  dari  orang-orang
            mulia yang dijadikan perantara  (wasilah) tersebut. Ibnu Taimiyah
            meng-qiyas-kan  (menyerupakan)  orang-orang  Islam  yang  ber-
            tawassul itu sama persis dengan dengan para penyembah berhala
            dari segi bahwa mereka sama-sama mencari manfaat dari apa yang
            dijadikan wasilah-nya. Qiyas ala Ibnu Taimiyah ini adalah qiyas sesat
            dan batil, dilihat dari beberapa segi, berikut diantaranya:
                    (Satu):   Ibnu Taimiyah tidak mengetahui  hakekat makna
            ibadah.  Padahal  makna  ibadah  secara  bahasa  adalah:  ―Puncak
            penghabisan  ketundukan  dan  penghinaan  diri‖.  Itupun  dengan
   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233