Page 57 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 57

pengangguran. Hal tersebut akan membuat beban fikiran bagi diri sendiri dan
        orang tua. Maka aku bertekad harus lulus.

        Kami  diberangkatkan  ke  Semarang  dengan  naik  truk  militer.  Namun,  kami
        senang-senang  saja. Perjalanan  sekitar 2  jam  itu  tidak  terasa  melelahkan. Di
        Semarang kami ditampung d iasrama prajurit dekat stasiun KA Poncol. Udara
        di Semarang sungguh panas, berbeda dengan di Magelang yang sejuk, ditambah
        lagi di asrama banyak nyamuk. Untung di Semarang tidak lama, hanya 2 hari.
        Setelah menyelesaikan administrasi dan mendapatkan penjelasan dari pejabat

        Kodam, kami diberangkatkan ke Bandung dengan naik kereta api, dikawal oleh
        personil Kodam. Menuju Bandung kami diberangkatkan dari Stasiun Tawang,
        sore hari, dengan sepur truthuk, kereta api kelas ekonomi, ditempatkan dalam
        dua gerbong khusus.
        Inilah  pertama  kalinya  aku  naik  kereta  api.  Rasanya  perjalanan  ke  Bandung
        memakan waktu lama, hampir  20 jam, karena di setiap stasiun, kereta pasti
        berhenti.  Selama  perjalanan  kami  diberi  ransum  nasi  bungkus.  Dalam
        perjalanan yang panjang itu, aku mendengarkan celoteh teman-teman bahwa
        AMN  adalah  sekolahnya para  calon  Jenderal.  Aku hanya  menjadi  pendengar
        karena sungguh waktu itu aku tidak mempunyai gambaran. Dari mereka aku
        mendengar bahwa di AMN ada beberapa jurusan, antara lain jurusan tempur,
        teknik,  dan  administrasi.  Aku  berharap  bisa  mengambil  jurusan  Teknik,
        khususnya  jurusan  Zeni,  yang  kabarnya  tugas  pekerjaanya  mendekati  cita-
        citaku. Aku memang kurang pergaulan dan kurang pengetahuan.

        Tiba di stasiun Bandung setelah waktu zuhur. Di stasiun kami dijemput oleh
        panitia  dan  sudah  disiapkan  truk-truk  militer  untuk  mengangkut  kami  ke
        asrama Transito Pusat  (Trapus) di Lembang. Di sana, kami  akan berkumpul
        bersama teman-teman lain dari seluruh Indonesia, kecuali dari Irian Barat. Tiba
        di  Trapus  kami  disambut  dengan  udara  yang  sangat  dingin,  seperti  udara  di
        desa pada musim  bedhidhing. Setelah tidak digunakan untuk menampung calon
        Taruna, Asrama Trapus sekarang dibangun menjadi kampus Pusdik Ajenad.
        Di  Trapus  dibagikan  peralatan  makan  berupa  misting,  sendok  garpu,  muk
        minum,  peralatan  mandi  berupa  gayung,  sikat  gigi,  sabun  mandi,  sabun  cuci,
        serta selimut.
        Apabila  tiba  waktu  makan,  kami  antre  mengambil  makan  dengan  misting
        masing-masing. Nasi yang kami ambil terlambat dimakan akan menjadi keras
        seperti  nasi  aking,dan  sayurnya  dingin  seperti  baru  dikeluarkan  dari  kulkas.
        Hal  tersebut  karena  dinginnya  angin  di  Lembang.  Mungkin  ini  juga

        dimaksudkan sebagai bagian dari tes mental bagi para calon. Bagiku hal seperti
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62