Page 59 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 59
Yang memprihatinkan adalah kondisi dan kerapihan pakaian kami. Pada
umumnya, pakaian kami sudah lusuh, terutama yang dari luar daerah. Hal itu
disebabkan pakaian kami hanya dicuci seperlunya dan tidak ada fasilitas untuk
setrika, apalagi seperti aku yang hanya berbekal dua setel pakaian.
Menunggu pengumuman hasil seleksi yang dramatis.
Pada hari pengumuman, kami semua dikumpulkan di lapangan dengan
membawa semua perlengkapan pribadi yang kami miliki. Kami akan
meninggalkan Trapus, dipulangkan atau melanjutkan ke Magelang. Di pinggir
lapangan sudah berjejer sejumlah truk militer yang akan membawa kami ke
stasiun KA atau entah kemana. Kami menunggu dengan hati berdebar, harap-
harap cemas dan sangat tegang.
Setelah memberikan beberapa penjelasan, panitia menyampaikan bahwa calon
akan dibagi dalam dua kelompok. Ketua panitia kemudian memanggil satu per
satu calon untuk memisahkan diri dari barisan dan membuat barisan baru.
Kemudian disebutnya sebagai kelompok I. Kami bertambah tegang karena
panitia tidak menyebutkan bahwa mereka yang dipanggil adalah yang
dinyatakan lulus atau gagal.
Aku mulai galau karena sampai panitia berhenti membacakan nama-nama,
namaku tidak dipanggil. Demikian pula teman-teman lain yang namanya tidak
dipanggil. Aku sudah putus harapan dan lesu. Terbayang bahwa aku harus
pulang dengan membawa rasa kecewa.
Kelompok 1 diperintahkan untuk naik kendaraan. Kami yang tinggal disebut
kelompok 2 diperintahkan untuk menyusun barisan kembali. Teman-teman
kelompok 1 terlihat sangat gembira dan dengan sorak surai mereka
meninggalkan kami yang masih lesu menunggu apa yang akan terjadi.
Setelah rombongan kelompok 1 itu menjauh. Ketua panitia mengumumkan
dan menyampaikan ucapan selamat kepada kami bahwa kami yang tinggal
dinyatakan lulus. Kami diterima sebagai calon taruna AMN. Sementara itu,
mereka yang pergi akan dikembalikan ke tempat asal masing-masing.
Suasana menjadi hening sejenak. Rupanya kami semua sedang terkesima,
antara percaya dan tidak. Namun, setelah menyadari bahwa yang disampaikan
panitia itu benar, seketika suasana menjadi riuh. Sebagian ada yang sujud
syukur dan sebagian bersorak gembira. Aku ikut larut dalam sujud syukur
kepada Allah Swt. dan berpuas hati karena aku berhasil.
Suasana terasa dramatis karena baru saja ditinggalkan oleh kelompok yang
bergembira ria yang mengira telah lulus. Sementara itu, kami yang tinggal
dengan lesu karena merasa gagal menjadi terbalik. Perasaan kami berubah 180

