Page 87 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 87
Panas terik hujan berangin, Taruna terus maju.
Pantang menyerah hati kami karena terlatihnya.
Taruna jalan kakilah menyapu lawan semua.
Dengan selesainya kami menjalani latihan terjun dan raider, maka kini kami
sudah memenuhi kualifikasi sebagai prajurit “Para Raider”. Dua tanda
kualifikasi itu terpasang didada kiri pakaian seragamku.
Lengkaplah sudah pendidikan dan latihan kami sesuai moto dalam iklan dulu
yaitu untuk mencetak Perwira “tanggap, tanggon, dan trengginas” yang
menjadi tujuan dan sasaran pendidikan di AMN.
“TANGGAP” karena telah dibekali dengan kemampuan akademik yang
mumpuni, “TANGGON” setelah melalui penggemblengan mental yang
panjang, dan “TRENGGINAS” dengan latihan phisik yang terus menerus
sepanjang masa pendidikan.
Bulan Agustus 1968, datang Catar AKABRI angkatan ketiga. Kini aku sudah
menjadi Panglima. Ada Catar yang menghadap, meminta agar aku bersedia
menjadi kakak asuh. Rupanya Catar itu adalah Suherman, anak bapak Somantri
yang aku pernah tinggal di rumahnya selama KKL di Soreang. Aku terima
permintaannya, hitung-hitung sebagai balas budi dan untuk latihan
pendewasaan diri.
Sementara itu, terjadi pergantian Gubernur. Mayjen A. Tahir diganti oleh
Mayjen Solichin GP. Wagub dijabat oleh Brigjen Soesilo Soedarman dan
Komandan Divisi diganti dari Brigjen Soedarto kepada Brigjen Soekotjo.
Latihan Widya Yudha tahun ini mengambil tempat di daerah Pati, dilereng Gn
Muria. Agak berbeda dari latihan sebelumnya, kali ini latihan diawali dengan
pendaratan pantai sebagai aplikasi dari latihan Raider sebelumnya. Melakukan
serangan dan diakhiri dengan pertahanan dilereng Gunung Muria. Dalam
latihan ini, kami diberi penugasan menjabat sebagai Komandan Kompi,
Komandan Peleton, dan jabatan-jabatan setingkat, mengaplikasikan pelajaran
Hubungan Komando dan Staf.
Kembali dari Widya Yudha, kami mulai disibukkan dengan persiapan ujian
akhir, ujian Perwira. Semua mata kuliah diujikan, termasuk ujian jasmani dan
psikotes sehingga memakan waktu yang cukup lama. Aku jalani semua mata
ujian dengan fokus walaupun terasa berat, seperti filsafat Pancasila,

