Page 7 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 7
dan mempercepat syiar Islam kepada masyarakat yang waktu itu
masih sangat dipengaruhi oleh kepercayaan Hindu.
Begini liriknya,
Lagu Ilir-ilir,
Lir ilir, lir ilir tandure wis sumilir.
Tak ijo royo royo tak sengguh penganten anyar.
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dododiro.
Dododiro dododiro kumitir bedhahing pinggir.
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore.
Mumpung padhang rembulane.
Mumpung jembar kalangane.
Yo surak-o surak hayo.
Terjemahan bebasnya sbb,
Bangunlah, bangunlah. Tanaman sudah bersemi. Menghijau
bagaikan pengantin baru. Anak gembala, panjatlah pohon
belimbing itu. Biar licin dan susah tetaplah kau panjat untuk
membasuh pakaianmu. Pakaianmu terkoyak-koyak dibagian
samping. Jahitlah dan benahilah untuk menghadap nanti sore.
Selagi bulan bersinar terang, selagi banyak waktu luang. Mari
bersoraklah dengan sorakan “hayoo”.
Lagu ini dimaksudkan untuk mengajak masyarakat yang masih
kental dengan kepercayaan Hindu, kepercayaan jahiliyah, untuk
beralih kepercayaan, berhijrah, segera bangun dari keterpurukan,
memeluk, dan memperkuat keyakinan kepada agama Islam dan
berjuang untuk memperoleh kebahagiaan.
Lagu Gundhul-gundhul Pacul,
Gundhul gundhul pacul cul gembelengan.
Nyunggi nyunggi wakul kul gembelengan.
Wakul ngglempang segane dadi sak latar.
Wakul ngglempang segane dadi sak latar.