Page 69 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 69
maksudkan wahai Rasu>lullah, beliau menjawab:
“ya” . 100
Dari uraian di atas, maka bisa diambil sebuah
kesimpulan bahwa para ahli bahasa klasik yang menyetujui
adanya sinonim, tergolong menjadi dua, yaitu ulama yang
sangat fanatik terhadap sinonim tanpa memberikan
batasan dan syarat tertentu, dan ulama yang setuju dengan
sinonim dengan memberikan batasan dengan syarat harus
tidak begitu jauh perbedaan makna antara dua kata
sinonim dan terjadi dalam satu dialek, demikian itu yang
digaungkan oleh Fakhrur Ra>zi> dan al-As}faha>ni>.
Sehingga ada sebagian ulama bahasa modern yang
mengikuti apa yang dilakukan oleh Fakhrur Ra>zi> dan al-
As}faha>ni>, yaitu:
Dari golongan yang pertama Ullmann berpendapat
sesungguhnya tidak ada sinonim yang sempurna, walaupun
ada jarang sekali terjadi. Satu kata mengartikan kata yang
lain dalam konteks yang berbeda secara umum. Kata
tersebut baru dapat dipertimbangkan menjadi sinonim,
belum sepenuhnya diterima.
100 Lafaz} “al-madiyyah’ pada hadit tersebut bisa dibaca “al-mudiyyah
dan al-midiyyah”, ketiganya bermakna pisau.Demikian pula
makna lafaz} “al-sakin” yang bermakna pisau pula.Hadist ini
diriwayatkan oleh Imam Muslim yang datangnya dari ‘A<’isyah,
dimana lafaz} “al-madiyyah” yang bermakna pisau dipakai untuk
,
menyembelih binatang. Al-Muslim,S{ahih Muslim juz xii,
Beirut: Da>r al-Fikr, t.t, hlm. 121-122.
55