Page 76 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 76

dari  masing-masing  kata  yang  dianggap  besinonim  dan
            memiliki  kemiripan  makna  oleh  para  ulama  yang
            mendukung sinonim.   111
                    Esack dalam hermeneutika tetap mengakui bahwa
            Al-Qur’an sebagai teks asing yang hadir dihadapan kaum
            muslim  Afrika  Selatan,  hal  itu  disebabkan  karena
            masyarakat  muslim  Afrika  Selatan  tidak  menngalami
            langsung    proses    menunjukan     bahwa     Al-Qur’an
            sebagaimana      masyarakat     Arab. 112 Pernyataan   ini
            menunjukan  bahwa  dia  tidak  mengakui  adanya  sinonim
            kata  dalam  Al-Qur’an,  karena  Tuhan  tidak  mungkin
            mengungkapkan satu makna dengan bahasa yang berbeda,
            masing-masing kata memiliki arti dan maksud tersendiri.
                    Linguis  lain  seperti  Abu  al-Baqa>  al-Kafwi>  yang
            mengarang  kitab  al-Kulliya>t.  di  dalam  kitab  ini


            111 Bisa dilihat ‘Umar, Ilm al-Dilalah ,..hlm 218. Di bab awal kitabnya
                  yaitu menerangkan tentang perbedaan ungkapan mengharuskan
                  perbedaan  makna,  karena  itu  sebuah  kata  yang  menunjukan
                  kepada  makan  semestinya.  Jika  kata  itu  diperuntukan  untuk
                  sebuah benda, maka kata-kata yang lain tidak memiliki makna
                  yang  sama  dengan  kata  itu  lagi.  Para  pengguna  bahasa
                  merupakan orang yang bijak sehingga tidak akan menggunakan
                  kata  yang  tidak  berfaedah.  Sehingga  jika  menggunakan  kata
                  yang berbeda untuk suatu yang berbeda itulah yang benar. Lihat
                                                        ,
                  Abu> Hila>l al-Aska>ri>, al-Furu>q al-Lugahwiyah Beirut: Da>r al-
                  ‘Afa>q al-Jadi>dah, 1997, hlm. 13-14.
            112  Metode hermeneutika yang digunakan Esack dalam memberikan
                  interpretasi terhadap Al-Qur’an untuk pembebasan, dalam  arti
                  dia  menjadikan  realitas  Afrika  Selatan  sebgai    landasan
                  interpretasi.  Lihat  Farid  Esack,  Al-Qur’an,  Liberation,
                  Pluralism: An Islamic Prespective of  Interreligious Solidarity
                  Against Oppression , Oxford:Oneworld, 1997, hlm. 50.

                                        62
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81