Page 128 - hujan
P. 128

16



















                LAIL dan Maryam telah melupakan kejadian saat badai hujan itu sekembali ke

                panti   sosial.   Bagi   mereka,   kejadian   itu   tidak   terlalu   spesial.   Mereka   hanya

                mengerjakan      tugas   sebagai   relawan,   dan   yang   lebih   penting   lagi,   mereka
                melakukanya  dengan  riang,  bersama  teman  terbaik.  Apalagi  setiba  di  kota,  ada

                kejadian yang jauh lebih menarik yang menyita perhatian seluruh penduduk.

                  Malam  itu  Lail  dan  Maryam  kembali  sibuk  belajar.  Ujian  akhir  kelas  dua  belas

                dan seleksi sekolah keperawatan semakin dekat. Mereka menghabiskan waktu di
                kamar,   buku-buku     ber serakan.   Sementara    penghuni    lain   asyik   berkumpul   di

                ruang  ber sama.  Itu  persis  tiga  bulan  setelah  peluncuran  delapan  pe sawat  ulang-

                alik oleh negara-negara subtropis.
                  Lail  dan  Maryam  sedang  latihan  soal  aljabar  lanjutan  ketika     ter dengar   suara

                ramai di luar.

                  Tetangga    kamar    mereka   berseru-seru,    juga   keramaian   dari   ruang   bersama.
                Penghuni    asrama    berlarian   keluar.   Suara   kaki   me reka   terdengar   di   sepanjang

                lorong.

                  Lail   dan   Maryam   saling   tatap.   Ada   apa   di   luar?   Mereka   me noleh   ke   arah
                jendela.

                  Maryam berdiri, membuka jendela kamar.

                  Salju turun.
                  Itulah   yang   menjadi   muasal    keramaian.    Satu   kristalnya   me lintasi   jendela

                terbuka,   masuk    ke   dalam   kamar,   hinggap   di   atas   meja.   Lail   menelan   ludah,

                meraihnya.     Itu   sungguhan     kristal   salju.   Menyusul    kristal-kristal   lainnya,
   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133