Page 131 - hujan
P. 131
dikeluarkan? Hukuman paling berat bagi pelanggar peraturan.
Ibu Suri memandang Lail dan Maryam bergantian dengan tatapan ta jam.
Lail bahkan hampir menangis. Bagaimana jika dia sungguhan dikeluarkan?
Akan tinggal di mana? Mereka tidak punya ke luarga di kota ini.
” Kalian dikeluarkan karena kalian diterima di sekolah kepe rawat an. Kalian
harus tinggal di sana, asrama sekolah kepe rawatan. Jadi, dengan terpaksa, aku
harus mengeluarkan kali an.”
Lail dan Maryam belum mengerti.
” Lima belas menit lalu, aku baru saja menerima pemberi tahuan dari sekolah
keperawatan. Aduh, lucu sekali melihat wa jah kalian.” Ibu Suri tertawa.
Wajah pucat Lail berangsur memerah. Maryam me nepuk dahi, berseru. Dia
sudah menduga Ibu Suri sengaja mengerjai mereka.
Ibu Suri terkekeh, membuat tubuh besarnya berguncang-guncang.
Berita mereka berdua diterima sekolah keperawatan menyebar ke seluruh
panti. Kamar Lail dan Maryam sepanjang sisa malam tidak habis dikunjungi
penghuni panti sosial. Mereka berdatang an mengucapkan selamat.
” Kapan kalian pindah?” salah satu penghuni panti bertanya, anak perempuan
berusia dua belas tahun, yang tinggal di lantai enam.
”Setelah liburan panjang. Kenapa kamu bertanya? Jangan-jangan kamu merasa
kehilangan, ya?” Maryam nyengir lebar.
” Tidak juga sih. Aku bertanya hanya untuk memastikan ka pan bisa menempati
kamar kosong kalian. Bosan di lantai enam. Aku harus naik-turun tangga tinggi
sekali setiap hari.”
Lail tertawa melihat Maryam yang kesal—melotot mengusir anak itu segera
pergi.
Dengan dua kabar baik itu, praktis sudah tidak ada lagi yang perlu dicemaskan
Lail dan Maryam, kecuali masa liburan pan jang itu sendiri. Mereka akan
melewati libur panjang selama sebulan. Mereka punya banyak waktu kosong
sebelum pindah ke asrama baru.
Maryam beberapa kali bertanya kepada Organisasi Relawan, apa kah mereka