Page 146 - hujan
P. 146
18
2
RUANGAN kubus 4 x 4 m berwarna putih itu juga dipenuhi seruan pelan.
Elijah menatap gadis di atas sofa hijau dengan tatapan tidak percaya.
”Soke Bahtera?”
Gadis itu mengangguk pelan, menunduk, menatap lantai pualam.
” Ilmuwan muda paling terkemuka bahkan saat usianya baru tujuh belas tahun?
Sejak masih mahasiswa tahun pertama di kam pusnya?”
Gadis itu mengangguk lagi.
Elijah terdiam, menutup mulutnya. Di layar tablet yang di pegang Elijah, di
peta saraf empat dimensi, muncul benang ber warna biru solid. Itu memori
menyenangkan yang sangat valid.
Dia sepertinya mulai paham benang merah seluruh cerita. Kenapa cerita pasien
di hadapannya justru berpusat pada pusar an masalah dunia. Kenapa memori
personal yang dia ceritakan bersinggungan dengan isu besar. Nama Soke Bahtera
menjadi penjelasan terbaiknya. Soke Bahtera dikenal sebagai penemu banyak
teknologi canggih beberapa tahun terakhir, terutama mesin terbang.
Seluruh kisah ini nyata. Bando di atas kepala selalu akurat.
”Apa yang terjadi kemudian?” Elijah bertanya, menunggu lanjut an cerita.
***
Lail berpamitan pada Maryam. Kali ini dia tidak meninggalkan Maryam tanpa
pamit seperti sebelumnya.
Esok mengajak Lail berjalan-jalan tidak jauh dari hotel tempat acara
peringatan. Mereka menuju Golden Ring, landmark paling terkenal di Ibu Kota.
Sama seperti kolam air mancur di kota mereka, bedanya di sini adalah kincir