Page 213 - hujan
P. 213
kondisi langit bersih yang selalu tanpa awan juga menjadi pertanyaan besar
semua orang.
Selama enam bulan, sejak suhu kembali pulih, tidak ada secuil pun awan
muncul. Pagi. Siang. Sore. Langit terlihat biru sejauh mata memandang. Saat
malam hari juga sama, langit tanpa awan, membuat bintang dan bulan terlihat
jelas. Megahnya formasi galaksi Bima Sakti tidak ada yang menghalangi.
Awalnya penduduk tidak peduli, mereka sedang diliputi ke gembiraan pulihnya
suhu. Mereka kembali sibuk dengan akti vitas masing-masing. Melintas di
jalanan, mendongak, memuji betapa menawannya langit biru. Duduk di kolam
air mancur, men dongak, berseru betapa birunya langit. Tapi setelah enam bulan
berlalu, itu menjadi pertanyaan besar.
Ke mana awan pergi? Bagaimana mungkin awan-awan itu hi lang begitu saja?
Karena dengan tidak adanya awan di atas sana, maka otomatis enam bulan
terakhir juga tidak pernah turun hujan.
Fenomena itu terjadi di seluruh dunia. Dari utara hingga selatan, dari barat
hingga timur, semua penduduk melaporkan mereka tidak pernah lagi melihat
awan di langit.
Breaking news! Awan telah hilang dari muka bumi!
Sekembali di asrama dari toko kue, saat melintasi ruang ber sama, langkah Lail
dan Maryam terhenti. Teman-teman mereka sedang menonton siaran televisi
dengan wajah cemas.
” Bisakah Anda menjelaskan apa yang sebenarnya sedang ter jadi, Profesor?”
pembawa acara bertanya.
” Pemirsa tidak akan senang mendengarnya,” narasumber men jawab datar.
” Kami tahu itu. Tapi kami sudah mengundang belasan ahli dua minggu
terakhir, mereka tidak bisa menjelaskan dengan baik. Hanya memberikan
spekulasi. Mungkin Anda bisa mem beritahu kami apa yang sebenarnya sedang
terjadi?”
”Awal kepunahan manusia,” narasumber menjawab dingin.
Studio tempat siaran langsung itu lengang. Pembawa acara menelan ludah.