Page 222 - hujan
P. 222

28



















                LAIL juga memutuskan tidak memberitahu ibu Esok.

                  Jadwal   reguler   kunjungan   mereka    di   toko   kue   sama   sekali   tidak   membahas

                tentang   itu.   Lail   juga   tidak   memberitahu   Ibu   Suri   saat   berkunjung   ke   panti
                sosial.  Biarlah  perayaan  kelulusan nya  hanya  dirayakan  bersama  Maryam,  teman

                sekamarnya  tujuh  tahun  terakhir.  Itu  sudah  lebih  dari  cukup.  Hanya  beberapa

                petugas di markas Organisasi Relawan yang tahu, terkait pe nugasan mereka saat

                libur panjang nanti.
                  Hari   wisuda   akhirnya    tiba.   Lail   dan   Maryam   mengenakan    toga   sejak   dari

                kamar asrama.

                  ” Kalian berdua hari ini wisuda?” Sopir bus kota rute 12 menatap tidak percaya
                saat mereka naik.

                  Lail dan Maryam mengangguk.

                  ”Selamat,  Nak.”  Sopir  bus  tersenyum.  ”Aku  pikir  kalian  ber dua  hanya  sibuk
                membuat ribut di bus. Ternyata kalian juga bisa serius sekolah.”

                  Lail dan Maryam tertawa.

                  Beberapa penumpang di bus ikut mengucapkan selamat.
                  Aula  sekolah  keperawatan  ramai  oleh  keluarga  wisudawan.  Lail  dan  Maryam

                melangkah     riang   menuju   kursi   dengan   nama   mereka,   sambil   menyapa   teman-

                teman  yang  juga  mengenakan  toga  hitam.  Di  luar  sana  langit  biru  sejauh  mata
                memandang,  matahari  pagi  bersinar  terik.  Suhu  udara  terasa  panas,        membuat

                keringat cepat keluar.

                  Acara    wisuda   berlangsung     khidmat.    Lail   dan   Maryam     me nerima    lisensi
   217   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227