Page 227 - hujan
P. 227
” Umat manusia harus diselamatkan dari kepunahan. Hanya tersedia satu-
satunya cara, yaitu mengirim mereka meninggalkan bumi. Setiap kapal bisa
menampung sepuluh ribu penduduk, mem bawanya ke orbit seratus hingga dua
ratus kilometer dari bumi, jauh di atas lapisan stratosfer. Mereka akan bertahan
hidup di sana. Kapal akan memberikan tempat tinggal yang didesain sedemikian
rupa seperti permukaan bumi yang ideal. Hingga seratus tahun ber lalu kapal
berlayar, dan iklim bumi benar-benar pulih secara alami, mereka bisa mendarat
lagi.”
Lail berseru menutup mulut. ” Manusia terancam punah?”
Esok mengangguk. ” Kita mungkin masih punya kesempatan bertahan hidup di
permukaan bumi jika sebelumnya mem biar kan musim dingin berlalu secara
alami. Tapi, dengan intervensi lapisan stratosfer, kemungkinan itu semakin kecil.
Tidak akan ada manusia yang bisa bertahan hidup dalam musim panas ekstrem.
Hanya itu cara menyelamatkan umat manusia, me ngirim nya naik kapal,
meninggalkan permukaan.”
Esok diam sejenak. Lail masih menutup mulut.
” Kuliahku adalah kamuKase, Lail. Aku sebenarnya terlibat dalam proyek itu.
Ada empat universitas besar di dunia, salah satunya di Ibu Kota. Itulah yang
membuatku tidak bisa meng hubungimu setiap saat, tidak bisa pulang ke kota ini
dengan bebas. Protokol Proyek R ahasia Kategori 1 melarang kami ber interaksi
secara terbuka dengan siapa pun. Aku hanya bisa me nelepon ibuku secara rutin,
itu pun sangat dibatasi. Aku benar-benar minta maaf kamu harus melewati
masa-masa itu tanpa penjelasan. Membuatmu bertanya-tanya, membuatmu
menunggu. Untuk pertemuan hari ini misalnya, aku harus melewati tiga
otorisasi izin, diawasi secara ketat.”
Lail terdiam, masih mencerna penjelasan Esok, memperhatikan hologram yang
sejak tadi menampilkan simulasi musim panas mematikan. Langit di hologram
berubah warna menjadi merah pekat, bumi terlihat kering kerontang, lautan
seperti mendidih.
”Siapa...” Lail menelan ludah. ”Siapa saja yang akan naik kapal itu?”