Page 61 - hujan
P. 61

Esok    memegang       lengannya,    tersenyum.     ” Tapi   setidaknya    me reka   bisa

                mendapatkan       penguburan       yang   layak,   di   pemakaman       umum.      Mereka

                mendapatkan penghormatan ter akhir.”
                  Lail mengangguk. Matanya berkaca-kaca.

                  Gerimis   mulai   menderas.    Esok   membiarkan     Lail   berdiri   me natap   kesibukan

                dari seberang perempatan jalan, menonton eva kuasi. Tubuh mereka segera basah
                disiram hujan. Lail menangis terisak. Air matanya menyatu dengan air hujan.

                  Tetapi  itu  tangisan  yang  menutup  episode  penting.  Hari  itu  tepat  tiga  bulan

                gempa    bumi   menghancurkan       kotanya,   membawa      pergi   orang-orang   yang   dia
                sayangi.   Setelah   jasad   ibunya   di kuburkan   bersama   korban   lain   dengan   layak,

                sejak   itulah   Lail   juga   mulai   menatap   kehidupan   barunya,   bersama    sepuluh

                persen sisa penduduk bumi yang selamat.
                  Bab lama telah ditutup. Bab baru siap dibuka.
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66