Page 65 - hujan
P. 65
petugas dan relawan tempat pengungsian melepasnya. Termasuk marinir yang
dulu bertugas di sana, mengucapkan selamat.
Suasana hati Lail sudah lebih baik saat Esok berangkat. Dia bisa melambaikan
tangan ke arah mobil yang membawa Esok dan ibunya. Itu pilihan terbaik bagi
Esok. Ibunya bisa dirawat dan Esok bisa mendapatkan pendidikan tinggi. Toh
lokasi rumah orangtua asuh Esok tidak jauh. Peralatan komunikasi juga sudah
pulih. Mereka bisa bicara atau bertemu kapan pun.
Dua minggu kemudian, giliran Lail berkemas-kemas pindah ke panti sosial
bersama sisa penghuni. Belasan bus dan truk militer mengangkut penduduk
serta barang-barang. Saat bus dan truk itu pergi, resmi sudah delapan tempat
pengungsian ditutup. Waktu tiga belas bulan ber lalu tanpa terasa. Masa-masa
sulit itu telah lewat. Beberapa pen duduk menangis terharu menatap terakhir kali
stadion. Besok lusa, bangunan stadion itu akan direnovasi, kembali megah
seperti sedia kala, juga tempat pengungsian lain. Century Mall dan Waterboom
kembali ber operasi penuh. Penghuni delapan pengungsian dipindahkan ke panti
sosial besar yang telah dibangun pemerintah.
Letak panti sosial itu tidak jauh dari kolam air mancur. Kota mereka menyusut
tinggal tiga puluh persen dari luas sebelumnya. Ba ngunan baru dibangun di
sekitar Central Park. Lail sudah sering melintasinya saat panti sosial masih
dibangun. Ada satu gedung setinggi enam lantai berwarna biru, simetris dengan
jendela-jendelanya. Halaman gedung itu luas dengan rumput ter potong rapi.
Pohon-pohon palem berbaris. Panti sosial itu ter lihat menyenangkan.
Beberapa petugas menyambut ramah kedatangan calon peng huni nya,
mendaftar semua orang, sekaligus mengumumkan lokasi kamar mereka.
Gedung itu dilengkapi dengan fasilitas yang baik, jauh lebih memadai dibanding
tenda darurat. Selain furnitur memadai, semua kamarnya dilengkapi penghangat
ruang an musim dingin.
Lail membawa tas ranselnya menuju lantai dua, berjalan di lorong-lorong
panjang, mencari nomor kamarnya, kamar 2-DD. Lail tersenyum, menemukan
nomor itu. Dia mengembuskan napas, perlahan mendorong pintu kamar.