Page 94 - hujan
P. 94

lega.   Dia   tidak   tahu   akan   seperti   apa   tes   seleksi   yang   harus   diikuti,   tapi

                setidaknya mereka punya kesempatan sekarang.

                  Petugas   mempersilakan      mereka   masuk    ke   ruangan   kecil.   Ada   enam   meja   di
                sana,   lengkap   dengan   kursi.   Lail   dan   Maryam   di per silakan   duduk.   Meja   itu

                menyala,  ada  layar  sentuhnya.  Soal-soal  seleksi  relawan  muncul  di  sana,  mulai

                dari   pertanyaan   esai,   pilihan   ganda,   dilengkapi   ilustrasi,   video.   Itu   kumpulan
                soal yang sangat komprehensif.

                  ” Waktu  kalian  enam  puluh  menit.  Dimulai  sejak  aku  me ninggalkan  ruang an

                ini.”
                  Maryam mengangguk mantap. Dia sudah siap.

                  ”Selamat bekerja.” Persis petugas menutup pintu, seleksi di mulai.

                  Hampir     seratus   pertanyaan     muncul    di   layar   sentuh.   Mulai   dari   sikap,
                psikologi, hingga simulasi keadaan darurat. Lail tidak tahu apakah dia menjawab

                dengan baik soal-soal itu. Mereka berdua juga tidak bisa saling memberitahukan

                jawaban.    Soal-soal    mun cul   secara   acak   dengan    tipe   berbeda.    Soal   yang
                dikerjakan  Lail,  meski  tingkat  kesulitannya  sama,  tapi  berbeda  redaksional  de-

                ngan  soal  yang  dikerjakannya  Maryam.  Ada  puluhan  ribu  kombinasi  soal  yang

                bisa  muncul  di  layar  sentuh.  Integritas  ujian  pada  masa  itu  sangat  tinggi,  tidak
                perlu   pengawas    untuk   men cegah   pe serta   ujian   berbuat   curang,   cukup   dengan

                teknologi yang baik.

                  Satu   jam   berlalu   tanpa   terasa.   Lail   dan   Maryam   meng embus kan   napas   saat

                layar sentuh mengunci seluruh jawaban. Pe tugas kembali masuk.
                  ” Kami   akan   memberitahukan      hasil   tes   seminggu   lagi   ke   panti   sosial   tempat

                kalian tinggal.” Petugas mengantar mereka berdua hingga ke pintu lift.
                  R ambut    kribo   Maryam    terlihat   mengembang    besar.   Lail   me lirik nya.   Mereka

                sudah    duduk    di   atas   bus   kota   rute   7,   kembali   ke   panti.   Wajah   berjerawat

                Maryam      juga   terlihat   kusam.   Mung kin   seratus   soal   tadi   berpengaruh   pada

                rambut dan jerawat Maryam.
                  ” Kenapa kamu melihat rambutku?” Maryam bertanya ketus.

                  Lail tertawa, buru-buru menatap ke depan.
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99