Page 239 - eBook Manajemen Pengantar_Neat
P. 239
PERSPEKTIF Sudhamek AWS
Pandang Happines dari Duniawi dan
Spiritual
CEO Garudafood, Sudhamek AWS melihat happiness dari dua angle.
Dari sisi duniawi (ekonomi) dan non duniawi (spiritual). Dari sisi ekonomi,
happiness merupakan hasil bagi dari possession (yang dimiliki) dengang
desire (keinginan). Penafsiran dari hukum ekonomi adalah untuk
meningkatkan kebahagiaan maka prosentase possession harus ditambah.
“Nah, ini yang saya tidak setuju. Dari pandangan seorang Budhis, secara
spiritual, untuk mencapai kebahagiaan yang harus dikendalikan adalah
desire-nya,” ujar Sudhamek yang juga Ketua Umum Majelis Budhayana
Indonesia ini. Setinggi apa pun possession ditingkatkan kalau desire-nya
liar, maka hasil baginya tidak akan ketemu.
Contohnya, masyarakat yang hidup di pedesaan. Meski secara
financial kehidupan mereka sangat minimal, tetapi mereka bersahaja dan
tidak memiliki keinginan (desire) yang neko-neko maka mereka jauh lebih
bahagia dari orang-orang sukses di kota-kota. “Saya memaknai happiness
secara berbeda. Memang, possession harus berkembang, tetapi desire
harus di-manage,” katanya.
Konsep lain tentang kebahagiaan yang diyakini Sudhamek adalah
kemampuan mengendalikan keadaan. Yakni, keadaan sebab-akibat.
Dalam kondisi ini, segala sesuatu pasti ada penyebab yang mengakibatkan
sebuah peristiwa. Misalnya, belum lama ini Sudhamek bertemu anaknya
yang mengeluh tentang beratnya beban pendidikan yang ditempuhnya.
“Saya bilang, ini merupakan konsekuensi dari pilihan kamu sebelumnya,”
kata dia. Karenanya, konsekuensi tersebut harus dihadapi dengan positive
atau negative thinking. “Kalau kita menerimanya dengan negativethinking,
ya kita akan menderita,” jelasnya.
Intinya adalah bagaimana seseorang merespon sebuah stimulus akan
menentukan kebahagiaan orang tersebut. Sudhamek sepakat dengan teori
psikologi logotherapy yang dikembangkan oleh Viktor Frankl. Yakni, teori
untuk memaknai sebuah stimulus. Tahap memaknai ini ada di antara
stimulus dan respon. “Sebelum merespon sebuah stimulus, ada tahapan
memaknai yang disebut dengan the box of freedom,” katanya. Nah, the
box of freedom ini ada di dalam masing-masing manusia. Tergantung
apakah mau merespon stimulus dengan negatif atau positif. “Pada konsep
ini, kebahagiaan bergantung pada pikiran masing-masing,” kata dia.
228 Manajemen Pengantar

