Page 146 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 146

jilbab adalah piagam kemenangan gilang-gemilang, kemenangan terbesar
              bagi  seorang  perempuan  Islam  atas  dirinya,  atas  imannya,  dan  atas
              dunia..
                  “Apa kabarmu, Ikal? Apa kabar ayahmu? “Nurmala tetap ramah..
                  “Aku kuliah di Fisip, “katanya..
                  Dan rupanya ia juga telah masuk barisan wanita-wanita cerdas yang
              semlohai  di  FISIP  UI.  Sesuatu  yang  bagiku  seperti  pengejawantahan
              makhluk yang asing dan jauh. Kami berbincang-bincang. Menyenangkan
              sekali  bertemu  sahabat  lama.  Apalagi  ia  banyak  membawa  berita  dari
              kampung  karena  ia  sering  pulang.  Dan  mendengar  kisahnya,  aku
              terpuruk..
                  “PN Timah sudah kolaps, puluhan ribu orang di PHK.
                  “Apa  yang akan orang-orang di  pulau  kecil itu lakukan? Tanahnya
              kurang  cocok  untuk  pertanian.  Hasil  laut  terbatas,  Sayangnya,  aku  dan
              Nurmala  harus  berpisah.  Kami  bertukar  alamat  dan  diam-diam  aku
              senang  ia  tak  sedikit  pun  menanyakan  Arai  karena  aku  tak  tahu
              bagaimana  harus  menjawab.  Zakiah  Nurmala  binti  Berahim  Matarum
              tetap  indifferent  pada  Arai,  dan  aku  respek  bukan  buatan  pada
              konsistensinya.  Tapi  aku  keliru.  Ia  telah  berjalan  menjauhiku  ketika  ia
              berbalik..
                  “Aii, Ikal, bagaimana beritanya Arai? “Dan detik itu juga. Di situ, tak
              jauh dariku, di wajahnya jelas kutangkap sebersit kilatan yang aneh. Jelas
              sekali,  walau  hanya  sedetik.  Maka  aku  memberanikan  diri  bertanya,
              “Rindukah rupanya? “Pipi perempuan cantik itu memerah..
                  “Ha! Itu katamu! Bukan kataku! Aku hanya menanyakan kabarnya...
                  ““Ray Charles... ke manakah Rai Charles itu?.
                  Ia tersenyum malu-malu. Aku terus menggodanya..
                  “I Can’t stop Loving You, pheeww…benarkah ada yang seperti itu,
              Ikal? ““Benar, kalau yang mengatakannya Arai…”.
                  “Kalau Arai, mengapa rupanya? “Integritas, “jawabu..
                  “So now, Arai, a man if integrity... . , “kata-katanya mengambang di
              udara. Jelas ia ingin aku mengobral informasi lebih banyak soal Arai..
                  “Dan dia loyal.
                  “Aku  sengaja  membuat  Nurmala  penasaran.  Kupanas-panasi  dia,
              “Oughh,  integritas  dan  loyalitas!  What  can  I  expect  more  from  a  man?
              ““Arai,  gitu?  The  most  eligible  bachelor  in  the  whole  world!  Begitukah
              maksudmu,  Ikal?  “Nurmala  frustasi  karena  kelelahan  melawan  harga
              dirinya untuk tidak nyata-nyata menanyakan Arai..
                  Ia  terkurung  dalam  kepongahannya.  Dan  aku  semakin
              menyengsarakannya..
                  “Ingin  kusampaikan  salammu  untuk  Arai?  ““Aha  ha!  Itu  maumu!

                                          144
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151