Page 50 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 50

Tentu  susah  dipahami  kalau  kampung  kami  yang  miskin
              sempat  punya  beberapa  padang  golf  bahkan  sampai  24  hole.
              Dan tentu aneh di padang golf ada pekerjaan menyelam. Orang-
              orang  kaya baru dari  PN  Timah yang tak berbakat  dan datang
              hanya  untuk  menegaskan  statusnya  tak  pernah  mampu
              melewatkan  bola  golf  melampaui  sebuah  danau  bekas  galian
              kapal keruk di tengah padang golf itu. Penjaga padang golf akan
              membayar  untuk  setiap  bola  golf  yang  dapat  diambil  pada
              kedalaman hampir tujuh meter di dasar danau. Bola golf di dasar
              danau dengan mudah dapat ditemukan karena indah berkilauan,
              persoalannya,  danau  itu  adalah  tempat  buaya-buaya  sebesar
              tong berumah tangga. Lalu kami beralih menjadi part time office
              boy di kompleks kantor pemerintah. Mantap sekali judul jabatan
              kami  itu  dan  hebat  sekali  job  description-nya:  masuk  kerja
              subuh-subuh dan menyiapkan ratusan gelas teh dan kopi untuk
              para abdi negara. Persoalannya, lebih sadis dari ancaman reptil
              cretaceous itu, yaitu berbulan-bulan tak digaji.
                  Sekarang  kami  bahagia  sebagai  kuli  ngambat.  Karena
              pekerjaan ini kami menyewa sebuah los sempit di dermaga dan
              pulang ke rumah orangtua setiap dua minggu.
                  Ngambat  berasal  dari  kata  menghambat,  yaitu  menunggu
              perahu nelayan yang tambat. Para penangkap ikan yang merasa
              martabat  profesinya  harus  dijaga  baikbaik  sampai  batas
              dermaga, tak pernah mau repot-repot memikul tangkapannya ke
              pasar  ikan.  Lalu  yang  mereka  tindas  habis-habisan  untuk
              melakukan pekerjaan sangat kasar berbau busuk itu disebut kuli
              ngambat.  Selain anakanak yang tekad  ingin  sekolahnya  sekeras
              tembaga,  pemangku  jabatan  kuli  ngambat  umumnya  adalah
              mereka yang patah harapan. Tak diterima kerja di mana-mana,
              karena  saking tololnya  sampai tak  tahu nama  presiden  republik
              ini,  atau  karena  saking  jelek  konditenya  bahkan  perkumpulan
              calo karcis—yang juga merupakan gerombolan bromocorah—tak
              mau mengajak mereka.
                  Setiap  pukul  dua  pagi,  berbekal  sebatang  bambu,  kami
              sempoyongan memikul berbagai jenis  makhluk laut yang sudah
              harus tersaji di meja pualam stanplat pada pukul lima, sehingga

                                          48
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55