Page 73 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 73

duduk, mereka menyemprot celahcelah kursi dengan semprotan
              serangga  untuk  menghindari  gigitan  tuma.  Kini  bau  pesing
              bercampur dengan bau minyak tanah. Ada pula yang menggerus
              kapur barus dan menebarkan garam mengelilingi tempat duduk
              mereka untuk menghindari serbuan kecoak. Inilah film Indonesia,
              inilah bioskopnya, dan inilah para penontonnya.
                  “Lagu instrumen  “
                  Sepatu  Kaca  Cinderella  sontak  berhenti.  Lampu  dimatikan,
              para  penonton  terdiam.  Kami  leluasa  membuka  kerudung.
              Mulanya beberapa ekor tikus got melintas  cepat  di bawah layar
              dan  sekeluarga  kecoak  merayap  di  sudut-sudutnya.  Kupikir
              merupakan  bagian  dari  film,  rupanya  bukan.  Habitat  hewan-
              hewan  itu  memang  berada  di  dalam  gedung  bioskop  ini.  Film
              dimulai dengan  adegan  seorang bapak yang gendut dan botak,
              nyonya  rumah,  dan  kedua  anak  remajanya  sedang  makan.
              Seekor anjing pudel yang telah  kami kenal dengan baik berlari-
              lari mengelilingi meja makan. Tapi kami tak menemukan wanita
              di poster film yang mengundang kami masuk ke dalam bioskop
              bobrok  ini.  Kami  terkejut  karena  penonton  yang  menyesaki
              bioskop  riuh  bertepuk  tangan,  bersuit-suit,  dan  dari  balik  tirai
              muncullah  wanita  poster  itu  sambil  membawa  dandang  nasi.
              Orang-orang  berkerudung  yang  telah  berulang  kali  menonton
              film ini bertepuk tangan sebelum tirai itu terbuka. Kami langsung
              tahu bahwa wanita pujaan kami itu berperan sebagai babu. Dan
              dua  detik  menonton  film  ini,  ketika  belum  sepatah  dialog  pun
              diucapkan,  kami juga langsung  tahu bahwa  seluruh  cerita  nanti
              hanyalah  soal  sang  majikan  yang  gendut  botak  itu  menggoda
              babunya.
                  Benar  saja.  Jika  nyonya  rumah  pergi  ke  salon,  anak-anak
              berangkat  sekolah,  sang  majikan  beraksi.  la  mengejar-ngejar
              pembantunya  yang  jinak-jinak  merpati  di  dapur.  Wanita  poster
              ini  sama  sekali tak pandai berakting tapi tampak jelas  sutradara
              tak  mengalami  kesulitan  jika  menyuruhnya  membuka  kancing
              bajunya.  la  terampil  sekali  dalam  hal  mengumbar  auratnya,
              merendahkan  dirinya  sendiri.  Dan  jika  sang  babu  dikejar
              majikannya  untuk  digagahi,  bioskop  semarak.  Para  penonton

                                          71
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78