Page 76 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 76

akan terjadi pada carik-carik merah itu. Tak berselang lama para
              penonton  pria,  gegap  gempita  sampai  mengguncang-guncang
              tempat  duduknya,  menimbulkan  kehebohan  di  gedung bioskop
              karena si gendut akhirnya berhasil menangkap si Carik Merah.
                  Dengan  mudah,  ia  merenggut  carik-carik  pertahanan
              terakhir babunya itu, menggagahinya, dan saat itu pula, dengan
              amat  jeli  menghindari  gunting  tajam  Badan  Sensor,  sang
              sutradara  lemah  iman  itu  mengalihkan  kamera  dari  adegan
              porno  majikan  dan  babu  kepada  si  pudel  dan  menyuruhnya
              melolong.  Hewan  kecil  lucu  yang  malang  itu  menurut  saja
              perintah sutradara.
                  “Auufffhhh ... auuuuufffhhh ... aauuuuuuuuufffffhhhh.... “
                  “Para  penonton  pria  bertepuk  tangan  meriah  menyambut
              lolongan pudel. Setiap majikan gendut mengulangi lagi kelakuan
              rendah itu, sang pudel  kembali  melolong seakan  melihat  hantu
              gentayangan,  penonton  pria  dengan  kompak  menimpalinya
              dengan  sorakan.  Sementara  penonton  wanita  menyumpah-
              nyumpah,  “
                  “Anjing  Kurap!!  Biar  nanti  kau  dan  majikan  botakmu  itu
              dibakar di neraka!! “
                  “Aku,  Arai,  dan  Jimbron  tak  menghiraukan  penonton  pria
              dan wanita yang gaduh dalam pertentangan.
                  Beberapa di antara mereka sampai berdiri perang mulut.
                  Kami  hanya  sangat  ingin  melihat  kemungkinan  sutradara
              melakukan kesalahan sedikit saja, yaitu memperlihatkan adegan
              si  Carik  Merah  sedang  diperkosa  majikannya.  Dengan  segala
              asumsi selera rendah semua  umat manusia yang  terlibat  dalam
              produksi film ini, kami merasa kemungkinan itu ada. Maka kami
              tak  berkedip.  Saraf  kami  semakin  tegang  mengikuti  adegan  tak
              senonoh  di  lokasi  jemuran  cucian  dan  agaknya  kamera  sudah
              akan menyorot si Carik Merah yang sekarang sudah tak bercarik.
              Seru! Inilah  momen puncak yang  kami tunggu-tunggu, tapi sial
              tiga bayangan gelap  manusia  tiba-tiba  menghalangi  pandangan
              kami.
                  “Pak Cik, duduklah!! Kami mau nonton!! “
                  “Arai menghardik marah.

                                          74
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81