Page 81 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 81

“Menonton  bioskop  mengandung  risiko  seperti  menelan  buah
              khuldi, hukumannya diusir!! ”.
                  Arai  tegang  wajahnya.  jelas  sekali  gurat  penyesalan  yang  dalam.
              Dan aku tahu, seperti pikiranku, dari tadi ia hanya memikirkan ayahku..
                  “Hanya karena dua di antaranya penghuni garda depan dan sudah
              kelas tiga, maka kalian tidak kudepak dari SMA ini, paham? !! ”.
                  Ugghhh!! Kami lolos dari lubang jarum. tapi kami paham Pak Mustar
              tak mungkin meloloskan kami begitu saja, Di kepalanya pasti ada sebuah
              rencana dahsyat..
                  “Ikal dan Jimbron,  bersihkan WC lama itu!!  Agar  bisa dipakai lagi,
              sikat  lainnya  sampai  mengilap!!  Dan  kau  Arai,  bersihkan  kotoran
              kelelewar di langit-langit seluruh sekolah!! ”.
                  Ah,  tak  mungkin!  Nonton  di  bioskop  adalah  pelanggaran  berat.
              Hukuman-hukuman  ini  terlalu  ringan.  Sangat  tidak  Pak  Mustar.  Siswa-
              siswa lain yang pernah diperlakukan lebih kejam karena perbuatan sepele
              langsung memprotes. Sebaliknya, aku, Arai, dan Jimbron waswas.  Kami
              yakin  Pak  Mustar  pasti  punya  rencana  lain  yang  lebih  spektakular  dan
              terbukti kemudian..
                  “Dan  untuk  pemanasan,  pagi  ini  kalian  akan  sedikit  berakting!!
              Kalian akan menjadi bintang film Indonesia murahan itu!! Hebat, bukan??
              “Serentak  ratusan  siswa  bertepuk  tangan.  belum-belum  mereka  sudah
              tertawa  keras  karena  kan  menyaksikan  hiburan  konyol.  Kami  gemetar
              berkeringat  dingin.  Inilah  hukuman  khas  Pak  Mustar  yang  sangat  kami
              takuti: dipermalukan di tengah majelis. Hukuman pemanasan sebenarnya
              adalah  inti  dari  rencana  hukuman  yang  telah  beliau  pikirkan  masak-
              masak sejak malam Minggu..
                  Di  tengah  lapangan  sekolah  Pak  Mustar  telah  menyiapkan  lokasi
              shooting. Tali jemuran beliau sambungkan antara dua pohon bungur dan
              di sana tersampir cucian  penjaga sekolah. Beliau juga telah menyiapkan
              properti  berupa  sebuah  bangku  untuk  anjing  pudel  duduk  dan  telah
              melakukan  casting  dengan  sangat  brilian,  yaitu  aku  sebagai  babu,
              Jimbron  yang  gemuk  tentu  saja  menjadi  majikan,  dan  Arai  berperan
              sebagai anjing pudel..
                  Seluruh cividas academica SMA Negeri Bukan Main: hampir seribu
              siswa, puluhan guru, karyawan tata usaha, satpam, para penjaga sekolah,
              petugas kebersihan, dan petugas kantin tumpah ruah menyaksikan kami
              berakting..
                  Dengan  menggunakan  megaphone,  Pak  Mustar  bertindak  selaku
              sutradara..
                  “Kalian tentu tak lupa adegan di jemuran cucian itu, bukan ??
                     “Mengerikan.  Sungguh aku tak sanggup melakukannya. Benar-

                                          79
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86