Page 83 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 83

mau nagih utang begitu. Dan Arai, mana salakmu? ““Affhhhh!! ! Affhhhh!!
              ! ”.
                  “Sekali lagi.
                  ““Aaffffhhhh!! ”.
                  “Nah, begitu.
                     “Penonton terbahak-bahak melihat Arai digerak-gerakkan seperti
              robot anjing oleh Pak Mustar, ia menyalaknyalak lagi. Rupanya Nurmala
              meransek ke depan dan terpinkal- pingkal menunjuk-nunjuk Arai..
                  “Afffhhh!! ! Afffhhhhh!! ! “Arai bersemangat mengonggong Nurmala.
              Arai pada Nurmala, tak ubahnya Jimbron pada kuda..
                  Kami kembali bersiap..
                  “Action..
                  “Cut! Cut! ”.
                  Kali ini yang keliru aku. Karena malu, aku tetap tak dapat berakting
              sesuai harapan Pak Mustar..
                  “Action! ”.
                  Akhirnya,  aku  jengkel  pada  Pak  Mustar  yang  tak  punya  perasaan,
              Maka aku bertekad menghayati peranku. Aku melenggak-lenggok dengan
              gaya yang sangat seksi seperti sang pembantu semlohai di film murahan
              itu, Ekspresiku, gerak-gerikku, suaraku, semuanya meniru seorang wanita.
              dan  tahukah,  kawan,  hal  ini  justru  menimbulkan  kehebohan  yang  luar
              biasa di lapangan sekolah kami. Para penonton tertawa melihatku sampai
              keluar air matanya, Sebaliknya, Jimbron, sangat aneh..
                  Ia  sangat  menikmati  perannya.  Memang  sudah  sifat  menganggap
              sesuatu  selalu  serius.  Ia  berakting  sungguh-sungguh.  Otak  tumpulnya
              sama sekali tak sadar kalau dirinya sedang dikerjai Pak Mustar. ia benar-
              benar mengejarku, bersemangat ingin memerkosaku. Demikian pula Arai.
              ia  tak  peduli  sedang  dipermalukan.  Ia  hanya  ingin  menyalak  sehebat
              mungkin  karena  Nurmala  memerhatikannya.  Kadang-kadang  ia
              menggeram penuh gaya, padahal di film sang pudel tidak begitu..
                  “Grrhh... grrrhhhh afhh! Afh! ”.
                  Lalu  seperti  bioskop  dulu,  para  penonton  pria  gegap  gempita
              mendukung  sang  majikan.  Mereka  berteriak-teriak,  “Ayo,  Bro.  Tangkap,
              Bron!! Sita bajunya!! ! ”.
                  Sebaliknya, para penonton wanita menjerit-jerit histeris,
                     “Lari Kal. Lariiiiii... .
                       “Lapangan sekolah kami riuh rendah oleh suara ratusan yang
              manusia menyaksikan hiburan kocak paling spektakuler. Tak pernah SMA
              Bukan  Main  semeriah  ini.  Teriakan  penonton  memekakkan  telinga.
              Mereka  melonjak-lonjak,  tertawa  sampai  terduduk-duduk  melihat  aku
              terbirit-birit  dikejar  Jimbron  yang  serius  ingin  memerkosaku.  Sementara

                                          81
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88